Tedong - Fikaramandio/korpus-bahasa-Gayo GitHub Wiki

TEDÒNG

Salabisasi: te-dòng

Kelas Kata: Verba

Makna:

  1. tetap berdiri tegak, tidak goyah; bertahan.
  2. menetap secara permanen (di suatu tempat).
  3. terjadi atau eksis secara tetap (tentang kondisi atau situasi).

Fungsi Utama:

  • Digunakan untuk menyatakan keadaan benda mati atau hidup yang tetap pada posisi tegak, tidak goyah, atau tetap ada.
  • Juga digunakan untuk menggambarkan seseorang yang telah menetap secara permanen di suatu tempat.
  • Dapat dipakai secara metaforis untuk menyatakan ketidakstabilan ekonomi atau kesulitan mempertahankan sesuatu.

Contoh Penggunaan:

  • Gere mĕra tĕdòng (atau tĕduk) i aku (pumung-ku) pèng, ara we dĕné blōh, nge ntulōn bĕlit aku iteiki mas, gere mĕra tĕdòng i pumungku : Uang tak pernah betah padaku, ada saja jalan keluar uang. sudah tiga kali aku memiliki banyak emas, tidak bisa bertahan dalam tanganku
  1. Nge le ara tĕdòng (atau teduk) pangkalé sĕratus → Dia sudah punya modal seratus ringgit.
  2. Gere tĕdòng weih i umengku, → Air tidak tergenang di sawahku.
  3. Aku nge tĕdòng bĕsilō isinen → Aku sudah tetap di sini sekarang.

Catatan Tambahan:

  • Bentuk dasar: dòng, dengan prefiks te- menjadi tedòng.

  • Variasi bentuk:

    • Tĕduk – variasi ejaan/fonologis dari tĕdòng, memiliki makna yang sama atau mirip.

    • Mĕntedòng – sedang dalam kondisi tetap.

    • Pentedòngan – proses atau hasil dari menetap atau bertahan.

    • Frasa seperti "nge le ara tedòng pangkalé sĕratus" mencerminkan penggunaan kata ini dalam ranah ekonomi lokal, terutama dalam perdagangan dan pertanian.


    Perbandingan antara : Teduh, Tedong, Dong, Teduk, Mari, dan Pari


    Tabel Perbandingan Kata Bahasa Gayo

    No Kata Kelas Kata Makna Utama Fungsi Utama Hubungan dengan Kata Lain / Catatan Tambahan
    1 Teduh Verba berhenti; istirahat; mereda; tidak aktif menyatakan penghentian aktivitas atau kondisi yang lebih tenang bersinonim dengan mari dalam konteks "berhenti"; terkadang digunakan sebagai variasi dari tedong
    2 Tedong Verba tetap tinggal; menetap; bertahan menyatakan keadaan seseorang atau benda yang tidak bergerak atau tetap berkerabat erat dengan dōng dan teduk; bisa digunakan dalam konteks fisik maupun metaforis (misalnya uang tak betah)
    3 Dong Verba tinggal; menetap; tetap menyatakan kondisi tetap atau tidak berpindah bentuk dasar dari tedong dan teduk; sering muncul dalam frasa seperti "aku dong i Peparik" (saya tinggal di Peparik)
    4 Teduk Verba menjadi tetap/pasti; terikat; sudah disepakati menyatakan kepastian final atau keterikatan hukum/moral merupakan variasi dari tedong dengan nuansa makna lebih abstrak; misalnya dalam konteks utang (nge teduk utangku)
    5 Mari Verba berhenti; selesai; tamat; akhir menyatakan penyelesaian atau pengakhiran aktivitas mirip dengan teduh dalam arti “berhenti”; juga memiliki hubungan dengan ari dalam konteks awal dan akhir
    6 Pari Verba meletakkan; menempatkan; menggadaikan; menitipkan menyatakan tindakan fisik meletakkan barang atau transaksi adat mirip dengan ari dalam arti “meletakkan” atau “menyimpan”; juga dapat menjadi nomina dalam beberapa dialek

    Analisis Kesamaan dan Perbedaan Makna

    Aspek Makna Teduh Tedong Dong Teduk Mari Pari
    Berhenti / Selesai
    Menetap / Tetap Tinggal
    Meletakkan / Menyimpan
    Menggadaikan / Menitipkan
    Kondisi Final / Pasti
    Istirahat / Mereda

    Konteks Budaya dan Nilai Lokal

    • Dalam budaya Gayo, kata-kata ini sering digunakan dalam narasi lisan, ritual adat, transaksi ekonomi tradisional, dan sistem kekerabatan.
    • Penggunaan kata seperti tedong, teduk, dan mari mencerminkan nilai-nilai lokal tentang stabilitas, tanggung jawab, dan hubungan emosional dengan tanah kelahiran.
    • Pari sangat penting dalam sistem pinjaman dan pertukaran barang, serta dalam ritual penitipan anak atau harta kepada pihak lain.
    • Teduh dan mari sering digunakan dalam cerita rakyat untuk menyampaikan pesan moral tentang ketenangan dan akhir sebuah proses hidup.