Tedong - Fikaramandio/korpus-bahasa-Gayo GitHub Wiki
TEDÒNG
Salabisasi: te-dòng
Kelas Kata: Verba
Makna:
- tetap berdiri tegak, tidak goyah; bertahan.
- menetap secara permanen (di suatu tempat).
- terjadi atau eksis secara tetap (tentang kondisi atau situasi).
Fungsi Utama:
- Digunakan untuk menyatakan keadaan benda mati atau hidup yang tetap pada posisi tegak, tidak goyah, atau tetap ada.
- Juga digunakan untuk menggambarkan seseorang yang telah menetap secara permanen di suatu tempat.
- Dapat dipakai secara metaforis untuk menyatakan ketidakstabilan ekonomi atau kesulitan mempertahankan sesuatu.
Contoh Penggunaan:
- Gere mĕra tĕdòng (atau tĕduk) i aku (pumung-ku) pèng, ara we dĕné blōh, nge ntulōn bĕlit aku iteiki mas, gere mĕra tĕdòng i pumungku : Uang tak pernah betah padaku, ada saja jalan keluar uang. sudah tiga kali aku memiliki banyak emas, tidak bisa bertahan dalam tanganku
- Nge le ara tĕdòng (atau teduk) pangkalé sĕratus → Dia sudah punya modal seratus ringgit.
- Gere tĕdòng weih i umengku, → Air tidak tergenang di sawahku.
- Aku nge tĕdòng bĕsilō isinen → Aku sudah tetap di sini sekarang.
Catatan Tambahan:
-
Bentuk dasar: dòng, dengan prefiks te- menjadi tedòng.
-
Variasi bentuk:
-
Tĕduk – variasi ejaan/fonologis dari tĕdòng, memiliki makna yang sama atau mirip.
-
Mĕntedòng – sedang dalam kondisi tetap.
-
Pentedòngan – proses atau hasil dari menetap atau bertahan.
-
Frasa seperti "nge le ara tedòng pangkalé sĕratus" mencerminkan penggunaan kata ini dalam ranah ekonomi lokal, terutama dalam perdagangan dan pertanian.
Perbandingan antara : Teduh, Tedong, Dong, Teduk, Mari, dan Pari
Tabel Perbandingan Kata Bahasa Gayo
No Kata Kelas Kata Makna Utama Fungsi Utama Hubungan dengan Kata Lain / Catatan Tambahan 1 Teduh Verba berhenti; istirahat; mereda; tidak aktif menyatakan penghentian aktivitas atau kondisi yang lebih tenang bersinonim dengan mari dalam konteks "berhenti"; terkadang digunakan sebagai variasi dari tedong 2 Tedong Verba tetap tinggal; menetap; bertahan menyatakan keadaan seseorang atau benda yang tidak bergerak atau tetap berkerabat erat dengan dōng dan teduk; bisa digunakan dalam konteks fisik maupun metaforis (misalnya uang tak betah) 3 Dong Verba tinggal; menetap; tetap menyatakan kondisi tetap atau tidak berpindah bentuk dasar dari tedong dan teduk; sering muncul dalam frasa seperti "aku dong i Peparik" (saya tinggal di Peparik) 4 Teduk Verba menjadi tetap/pasti; terikat; sudah disepakati menyatakan kepastian final atau keterikatan hukum/moral merupakan variasi dari tedong dengan nuansa makna lebih abstrak; misalnya dalam konteks utang (nge teduk utangku) 5 Mari Verba berhenti; selesai; tamat; akhir menyatakan penyelesaian atau pengakhiran aktivitas mirip dengan teduh dalam arti “berhenti”; juga memiliki hubungan dengan ari dalam konteks awal dan akhir 6 Pari Verba meletakkan; menempatkan; menggadaikan; menitipkan menyatakan tindakan fisik meletakkan barang atau transaksi adat mirip dengan ari dalam arti “meletakkan” atau “menyimpan”; juga dapat menjadi nomina dalam beberapa dialek
Analisis Kesamaan dan Perbedaan Makna
Aspek Makna Teduh Tedong Dong Teduk Mari Pari Berhenti / Selesai ✅ ❌ ❌ ❌ ✅ ❌ Menetap / Tetap Tinggal ❌ ✅ ✅ ✅ ❌ ❌ Meletakkan / Menyimpan ❌ ❌ ❌ ❌ ❌ ✅ Menggadaikan / Menitipkan ❌ ❌ ❌ ❌ ❌ ✅ Kondisi Final / Pasti ❌ ❌ ❌ ✅ ❌ ❌ Istirahat / Mereda ✅ ❌ ❌ ❌ ❌ ❌
Konteks Budaya dan Nilai Lokal
- Dalam budaya Gayo, kata-kata ini sering digunakan dalam narasi lisan, ritual adat, transaksi ekonomi tradisional, dan sistem kekerabatan.
- Penggunaan kata seperti tedong, teduk, dan mari mencerminkan nilai-nilai lokal tentang stabilitas, tanggung jawab, dan hubungan emosional dengan tanah kelahiran.
- Pari sangat penting dalam sistem pinjaman dan pertukaran barang, serta dalam ritual penitipan anak atau harta kepada pihak lain.
- Teduh dan mari sering digunakan dalam cerita rakyat untuk menyampaikan pesan moral tentang ketenangan dan akhir sebuah proses hidup.
-