Pari - Fikaramandio/korpus-bahasa-Gayo GitHub Wiki
PARI
Salabisasi: pa-ri Kelas Kata: Verba (dalam beberapa bentuk juga bisa menjadi nomina atau preposisi tergantung afiksasi)
Makna:
- meletakkan; menempatkan.
- menyimpan; menitipkan; menyerahkan (untuk sementara waktu).
- menggadaikan; mempertaruhkan barang sebagai jaminan.
- keadaan; kondisi; posisi sesuatu setelah diletakkan/ditempatkan.
- dalam konteks adat: memberikan sesuatu untuk dijaga atau dipinjamkan (misalnya dalam transaksi adat atau pinjaman uang).
Fungsi Utama:
- Digunakan untuk menyatakan tindakan fisik meletakkan atau menempatkan sesuatu di suatu tempat.
- Juga digunakan dalam konteks sosial dan ekonomi untuk menyatakan penitipan barang, penggadaian, atau pemberian amanah.
- Dapat juga bermakna abstrak untuk menyatakan kondisi atau status sesuatu setelah diletakkan atau diberikan.
Contoh Penggunaan:
- Ipărédné kuren ku atan para, → Ia meletakkan periuk di para-para.
- Ipărédné lujué ku dangròdné, → Ia menyimpan pisau dalam sarungnya.
- Ipărédné nĕ mbahé, → Ia meletakkan beban/bawaannya.
- Kuparén ku wé rĕtangku takut aku iusuhi jĕma, → Aku titipkan hartaku padanya karena takut dicuri orang.
- Anakku kuparén ku wé (atau k’ umahé), → Anakku kutitipkan kepadanya sebelum pergi bepergian.
- Iparédné umeé ku aku – Side? – Ara lime puluh ringgit, → Ia gadaikan sawahnya padaku – Berapa harganya? – Lima puluh ringgit.
- Iparédné lujué ku aku sĕpuluh ringgit, → Ia gadaikan pisau senilai sepuluh ringgit padaku.
- Ipĕparié kuren i kĕliliken ari manè mi, gere itētangkuhé, → Ia biarkan periuk tetap di atas tungku sejak kemarin.
- Ipariié ringgitku, kati kosah, → Ia memberi jaminan uang, agar kuberikan.
- Bédné sĕsanahé ipariié koné, → Ia letakkan semua barang bawaannya di sana.
- Nge mbèh ipariié pĕkayadné, wé pé renjel mĕniri, → Setelah meletakkan semua pakaiannya dia pu lantas mandi.
- Gere terparén pĕsaka n ama, kĕmali òya, → Harta pusaka ayah tidak boleh digadaikan, itu pantang.
- Ngĕ bĕrparén bédné pĕkayadné, malé niri, → Sudah melepaskan semua pakaian hendak mandi.
- Bĕrsiparén, saling meminjamkan dengan jaminan barang (dianggap kurang sopan dalam hubungan saudagar).
- Pupari-pari sabi wé, → Selalu saja ia menggadaikan barang-barangnya.
- Pĕmarénku i wé ara harĕge due puluh ringgit, → Barang yang kutinggalkan padamu bernilai sekitar dua puluh ringgit.
Perbandingan antara : Teduh, Tedong, Dong, Teduk, Mari, dan Pari
Tabel Perbandingan Kata Bahasa Gayo
No | Kata | Kelas Kata | Makna Utama | Fungsi Utama | Hubungan dengan Kata Lain / Catatan Tambahan |
---|---|---|---|---|---|
1 | Teduh | Verba | berhenti; istirahat; mereda; tidak aktif | menyatakan penghentian aktivitas atau kondisi yang lebih tenang | bersinonim dengan mari dalam konteks "berhenti"; terkadang digunakan sebagai variasi dari tedong |
2 | Tedong | Verba | tetap tinggal; menetap; bertahan | menyatakan keadaan seseorang atau benda yang tidak bergerak atau tetap | berkerabat erat dengan dōng dan teduk; bisa digunakan dalam konteks fisik maupun metaforis (misalnya uang tak betah) |
3 | Dong | Verba | tinggal; menetap; tetap | menyatakan kondisi tetap atau tidak berpindah | bentuk dasar dari tedong dan teduk; sering muncul dalam frasa seperti "aku dong i Peparik" (saya tinggal di Peparik) |
4 | Teduk | Verba | menjadi tetap/pasti; terikat; sudah disepakati | menyatakan kepastian final atau keterikatan hukum/moral | merupakan variasi dari tedong dengan nuansa makna lebih abstrak; misalnya dalam konteks utang (nge teduk utangku) |
5 | Mari | Verba | berhenti; selesai; tamat; akhir | menyatakan penyelesaian atau pengakhiran aktivitas | mirip dengan teduh dalam arti “berhenti”; juga memiliki hubungan dengan ari dalam konteks awal dan akhir |
6 | Pari | Verba | meletakkan; menempatkan; menggadaikan; menitipkan | menyatakan tindakan fisik meletakkan barang atau transaksi adat | mirip dengan ari dalam arti “meletakkan” atau “menyimpan”; juga dapat menjadi nomina dalam beberapa dialek |
Analisis Kesamaan dan Perbedaan Makna
Aspek Makna | Teduh | Tedong | Dong | Teduk | Mari | Pari |
---|---|---|---|---|---|---|
Berhenti / Selesai | ✅ | ❌ | ❌ | ❌ | ✅ | ❌ |
Menetap / Tetap Tinggal | ❌ | ✅ | ✅ | ✅ | ❌ | ❌ |
Meletakkan / Menyimpan | ❌ | ❌ | ❌ | ❌ | ❌ | ✅ |
Menggadaikan / Menitipkan | ❌ | ❌ | ❌ | ❌ | ❌ | ✅ |
Kondisi Final / Pasti | ❌ | ❌ | ❌ | ✅ | ❌ | ❌ |
Istirahat / Mereda | ✅ | ❌ | ❌ | ❌ | ❌ | ❌ |
Konteks Budaya dan Nilai Lokal
- Dalam budaya Gayo, kata-kata ini sering digunakan dalam narasi lisan, ritual adat, transaksi ekonomi tradisional, dan sistem kekerabatan.
- Penggunaan kata seperti tedong, teduk, dan mari mencerminkan nilai-nilai lokal tentang stabilitas, tanggung jawab, dan hubungan emosional dengan tanah kelahiran.
- Pari sangat penting dalam sistem pinjaman dan pertukaran barang, serta dalam ritual penitipan anak atau harta kepada pihak lain.
- Teduh dan mari sering digunakan dalam cerita rakyat untuk menyampaikan pesan moral tentang ketenangan dan akhir sebuah proses hidup.