Pari - Fikaramandio/korpus-bahasa-Gayo GitHub Wiki

PARI

Salabisasi: pa-ri Kelas Kata: Verba (dalam beberapa bentuk juga bisa menjadi nomina atau preposisi tergantung afiksasi)

Makna:

  1. meletakkan; menempatkan.
  2. menyimpan; menitipkan; menyerahkan (untuk sementara waktu).
  3. menggadaikan; mempertaruhkan barang sebagai jaminan.
  4. keadaan; kondisi; posisi sesuatu setelah diletakkan/ditempatkan.
  5. dalam konteks adat: memberikan sesuatu untuk dijaga atau dipinjamkan (misalnya dalam transaksi adat atau pinjaman uang).

Fungsi Utama:

  • Digunakan untuk menyatakan tindakan fisik meletakkan atau menempatkan sesuatu di suatu tempat.
  • Juga digunakan dalam konteks sosial dan ekonomi untuk menyatakan penitipan barang, penggadaian, atau pemberian amanah.
  • Dapat juga bermakna abstrak untuk menyatakan kondisi atau status sesuatu setelah diletakkan atau diberikan.

Contoh Penggunaan:

  1. Ipărédné kuren ku atan para, → Ia meletakkan periuk di para-para.
  2. Ipărédné lujué ku dangròdné, → Ia menyimpan pisau dalam sarungnya.
  3. Ipărédné nĕ mbahé, → Ia meletakkan beban/bawaannya.
  4. Kuparén ku wé rĕtangku takut aku iusuhi jĕma, → Aku titipkan hartaku padanya karena takut dicuri orang.
  5. Anakku kuparén ku wé (atau k’ umahé), → Anakku kutitipkan kepadanya sebelum pergi bepergian.
  6. Iparédné umeé ku aku – Side? – Ara lime puluh ringgit, → Ia gadaikan sawahnya padaku – Berapa harganya? – Lima puluh ringgit.
  7. Iparédné lujué ku aku sĕpuluh ringgit, → Ia gadaikan pisau senilai sepuluh ringgit padaku.
  8. Ipĕparié kuren i kĕliliken ari manè mi, gere itētangkuhé, → Ia biarkan periuk tetap di atas tungku sejak kemarin.
  9. Ipariié ringgitku, kati kosah, → Ia memberi jaminan uang, agar kuberikan.
  10. Bédné sĕsanahé ipariié koné, → Ia letakkan semua barang bawaannya di sana.
  11. Nge mbèh ipariié pĕkayadné, wé pé renjel mĕniri, → Setelah meletakkan semua pakaiannya dia pu lantas mandi.
  12. Gere terparén pĕsaka n ama, kĕmali òya, → Harta pusaka ayah tidak boleh digadaikan, itu pantang.
  13. Ngĕ bĕrparén bédné pĕkayadné, malé niri, → Sudah melepaskan semua pakaian hendak mandi.
  14. Bĕrsiparén, saling meminjamkan dengan jaminan barang (dianggap kurang sopan dalam hubungan saudagar).
  15. Pupari-pari sabi wé, → Selalu saja ia menggadaikan barang-barangnya.
  16. Pĕmarénku i wé ara harĕge due puluh ringgit, → Barang yang kutinggalkan padamu bernilai sekitar dua puluh ringgit.

Perbandingan antara : Teduh, Tedong, Dong, Teduk, Mari, dan Pari


Tabel Perbandingan Kata Bahasa Gayo

No Kata Kelas Kata Makna Utama Fungsi Utama Hubungan dengan Kata Lain / Catatan Tambahan
1 Teduh Verba berhenti; istirahat; mereda; tidak aktif menyatakan penghentian aktivitas atau kondisi yang lebih tenang bersinonim dengan mari dalam konteks "berhenti"; terkadang digunakan sebagai variasi dari tedong
2 Tedong Verba tetap tinggal; menetap; bertahan menyatakan keadaan seseorang atau benda yang tidak bergerak atau tetap berkerabat erat dengan dōng dan teduk; bisa digunakan dalam konteks fisik maupun metaforis (misalnya uang tak betah)
3 Dong Verba tinggal; menetap; tetap menyatakan kondisi tetap atau tidak berpindah bentuk dasar dari tedong dan teduk; sering muncul dalam frasa seperti "aku dong i Peparik" (saya tinggal di Peparik)
4 Teduk Verba menjadi tetap/pasti; terikat; sudah disepakati menyatakan kepastian final atau keterikatan hukum/moral merupakan variasi dari tedong dengan nuansa makna lebih abstrak; misalnya dalam konteks utang (nge teduk utangku)
5 Mari Verba berhenti; selesai; tamat; akhir menyatakan penyelesaian atau pengakhiran aktivitas mirip dengan teduh dalam arti “berhenti”; juga memiliki hubungan dengan ari dalam konteks awal dan akhir
6 Pari Verba meletakkan; menempatkan; menggadaikan; menitipkan menyatakan tindakan fisik meletakkan barang atau transaksi adat mirip dengan ari dalam arti “meletakkan” atau “menyimpan”; juga dapat menjadi nomina dalam beberapa dialek

Analisis Kesamaan dan Perbedaan Makna

Aspek Makna Teduh Tedong Dong Teduk Mari Pari
Berhenti / Selesai
Menetap / Tetap Tinggal
Meletakkan / Menyimpan
Menggadaikan / Menitipkan
Kondisi Final / Pasti
Istirahat / Mereda

Konteks Budaya dan Nilai Lokal

  • Dalam budaya Gayo, kata-kata ini sering digunakan dalam narasi lisan, ritual adat, transaksi ekonomi tradisional, dan sistem kekerabatan.
  • Penggunaan kata seperti tedong, teduk, dan mari mencerminkan nilai-nilai lokal tentang stabilitas, tanggung jawab, dan hubungan emosional dengan tanah kelahiran.
  • Pari sangat penting dalam sistem pinjaman dan pertukaran barang, serta dalam ritual penitipan anak atau harta kepada pihak lain.
  • Teduh dan mari sering digunakan dalam cerita rakyat untuk menyampaikan pesan moral tentang ketenangan dan akhir sebuah proses hidup.