Teduh - Fikaramandio/korpus-bahasa-Gayo GitHub Wiki

TĔDUH

atau TĔDŌH

Salabisasi: te-duh atau te-dōh Kelas Kata: Verba

Makna:

  1. berhenti (dari aktivitas); tidak melanjutkan lagi.
  2. istirahat; beristirahat sejenak (biasanya setelah melakukan perjalanan atau pekerjaan).
  3. mereda; kondisi yang semakin membaik atau tidak seberat sebelumnya.
  4. tidak aktif lagi; sudah usai.

Fungsi Utama:

  • Digunakan untuk menyatakan penghentian suatu aktivitas fisik maupun emosional.
  • Juga digunakan untuk menggambarkan proses pemulihan atau peredaaan dari penyakit atau situasi sulit.
  • Dalam konteks budaya, sering digunakan dalam percakapan sehari-hari dan narasi tradisional terkait perjalanan, kesehatan, atau konflik.

Contoh Penggunaan:

  1. Tĕduh wé i tujuh n kayu kōl → Ia beristirahat di bawah pohon besar.
  2. Nge tĕduh mòngòt anaké → Anaknya sudah berhenti menangis.
  3. Anakku nge tĕduh sakit → Anakku sudah tidak sakit lagi.
  4. Pĕnjakit riru nge tĕduh → Wabah penyakit cacar sudah mereda.
  5. Tĕduh pĕlōlō (prang) → Berhenti bertempur; perdamaian tercapai.
  6. Nge teduh prang a → Perang itu sudah selesai.
  7. Nge tĕduh wé mĕnjadi reje → Dia bukan lagi seorang reje. (berhenti jadi Reje)
  8. Pémarén Gele itéduhi jĕma sabi, → Orang-orang sering beristirahat di Pamarén Gele (pohon gele terakhir).
  9. Ari Pĕnampakan ku Pĕparik seger tĕduh geipé. – Dari Penumpan ke Peparik hanya butuh sekali beristirahat.
  10. Anakku nge kutĕduhen mòngôt, → Aku berhasil membuat anakku berhenti menangis.
  11. Gere tĕrtĕduhen aku, mòngòt we, → Aku tidak mampu menghentikan tangisannya
  12. Nge kutĕduhen buetku → Aku menghentikan pekerjaanku (di ladang).
  13. Nge kutĕduhen misep, → Aku berhenti menghisap
  14. Ngĕ bĕrtĕduk aku misep, → Aku sudah tidak menghgisap lagi.
  15. Uren gere bĕrtĕduh ari kabur sine mi, → Hujan turun tanpa henti sejak pagi.
  16. Nge mutéduh pòra sakité, → Sakitnya sedikit mereda.
  17. Pĕrtĕduh pedih wé, → dis selalu berhenti (beristirahat - sifat malas).
  18. Pĕtĕduhen, → Tempat istirahat di tepi jalan; pos perhentian.
  19. Pĕtĕduhen Kòlak, Pĕtĕduhen Pròk, Pĕtĕduhen Sĕtul → Nama-nama tempat istirahat tertentu di jalur perjalanan.

Perbandingan antara : Teduh, Tedong, Dong, Teduk, Mari, dan Pari


Tabel Perbandingan Kata Bahasa Gayo

No Kata Kelas Kata Makna Utama Fungsi Utama Hubungan dengan Kata Lain / Catatan Tambahan
1 Teduh Verba berhenti; istirahat; mereda; tidak aktif menyatakan penghentian aktivitas atau kondisi yang lebih tenang bersinonim dengan mari dalam konteks "berhenti"; terkadang digunakan sebagai variasi dari tedong
2 Tedong Verba tetap tinggal; menetap; bertahan menyatakan keadaan seseorang atau benda yang tidak bergerak atau tetap berkerabat erat dengan dōng dan teduk; bisa digunakan dalam konteks fisik maupun metaforis (misalnya uang tak betah)
3 Dong Verba tinggal; menetap; tetap menyatakan kondisi tetap atau tidak berpindah bentuk dasar dari tedong dan teduk; sering muncul dalam frasa seperti "aku dong i Peparik" (saya tinggal di Peparik)
4 Teduk Verba menjadi tetap/pasti; terikat; sudah disepakati menyatakan kepastian final atau keterikatan hukum/moral merupakan variasi dari tedong dengan nuansa makna lebih abstrak; misalnya dalam konteks utang (nge teduk utangku)
5 Mari Verba berhenti; selesai; tamat; akhir menyatakan penyelesaian atau pengakhiran aktivitas mirip dengan teduh dalam arti “berhenti”; juga memiliki hubungan dengan ari dalam konteks awal dan akhir
6 Pari Verba meletakkan; menempatkan; menggadaikan; menitipkan menyatakan tindakan fisik meletakkan barang atau transaksi adat mirip dengan ari dalam arti “meletakkan” atau “menyimpan”; juga dapat menjadi nomina dalam beberapa dialek

Analisis Kesamaan dan Perbedaan Makna

Aspek Makna Teduh Tedong Dong Teduk Mari Pari
Berhenti / Selesai
Menetap / Tetap Tinggal
Meletakkan / Menyimpan
Menggadaikan / Menitipkan
Kondisi Final / Pasti
Istirahat / Mereda

Konteks Budaya dan Nilai Lokal

  • Dalam budaya Gayo, kata-kata ini sering digunakan dalam narasi lisan, ritual adat, transaksi ekonomi tradisional, dan sistem kekerabatan.
  • Penggunaan kata seperti tedong, teduk, dan mari mencerminkan nilai-nilai lokal tentang stabilitas, tanggung jawab, dan hubungan emosional dengan tanah kelahiran.
  • Pari sangat penting dalam sistem pinjaman dan pertukaran barang, serta dalam ritual penitipan anak atau harta kepada pihak lain.
  • Teduh dan mari sering digunakan dalam cerita rakyat untuk menyampaikan pesan moral tentang ketenangan dan akhir sebuah proses hidup.