Teduh - Fikaramandio/korpus-bahasa-Gayo GitHub Wiki
TĔDUH
atau TĔDŌH
Salabisasi: te-duh atau te-dōh Kelas Kata: Verba
Makna:
- berhenti (dari aktivitas); tidak melanjutkan lagi.
- istirahat; beristirahat sejenak (biasanya setelah melakukan perjalanan atau pekerjaan).
- mereda; kondisi yang semakin membaik atau tidak seberat sebelumnya.
- tidak aktif lagi; sudah usai.
Fungsi Utama:
- Digunakan untuk menyatakan penghentian suatu aktivitas fisik maupun emosional.
- Juga digunakan untuk menggambarkan proses pemulihan atau peredaaan dari penyakit atau situasi sulit.
- Dalam konteks budaya, sering digunakan dalam percakapan sehari-hari dan narasi tradisional terkait perjalanan, kesehatan, atau konflik.
Contoh Penggunaan:
- Tĕduh wé i tujuh n kayu kōl → Ia beristirahat di bawah pohon besar.
- Nge tĕduh mòngòt anaké → Anaknya sudah berhenti menangis.
- Anakku nge tĕduh sakit → Anakku sudah tidak sakit lagi.
- Pĕnjakit riru nge tĕduh → Wabah penyakit cacar sudah mereda.
- Tĕduh pĕlōlō (prang) → Berhenti bertempur; perdamaian tercapai.
- Nge teduh prang a → Perang itu sudah selesai.
- Nge tĕduh wé mĕnjadi reje → Dia bukan lagi seorang reje. (berhenti jadi Reje)
- Pémarén Gele itéduhi jĕma sabi, → Orang-orang sering beristirahat di Pamarén Gele (pohon gele terakhir).
- Ari Pĕnampakan ku Pĕparik seger tĕduh geipé. – Dari Penumpan ke Peparik hanya butuh sekali beristirahat.
- Anakku nge kutĕduhen mòngôt, → Aku berhasil membuat anakku berhenti menangis.
- Gere tĕrtĕduhen aku, mòngòt we, → Aku tidak mampu menghentikan tangisannya
- Nge kutĕduhen buetku → Aku menghentikan pekerjaanku (di ladang).
- Nge kutĕduhen misep, → Aku berhenti menghisap
- Ngĕ bĕrtĕduk aku misep, → Aku sudah tidak menghgisap lagi.
- Uren gere bĕrtĕduh ari kabur sine mi, → Hujan turun tanpa henti sejak pagi.
- Nge mutéduh pòra sakité, → Sakitnya sedikit mereda.
- Pĕrtĕduh pedih wé, → dis selalu berhenti (beristirahat - sifat malas).
- Pĕtĕduhen, → Tempat istirahat di tepi jalan; pos perhentian.
- Pĕtĕduhen Kòlak, Pĕtĕduhen Pròk, Pĕtĕduhen Sĕtul → Nama-nama tempat istirahat tertentu di jalur perjalanan.
Perbandingan antara : Teduh, Tedong, Dong, Teduk, Mari, dan Pari
Tabel Perbandingan Kata Bahasa Gayo
No | Kata | Kelas Kata | Makna Utama | Fungsi Utama | Hubungan dengan Kata Lain / Catatan Tambahan |
---|---|---|---|---|---|
1 | Teduh | Verba | berhenti; istirahat; mereda; tidak aktif | menyatakan penghentian aktivitas atau kondisi yang lebih tenang | bersinonim dengan mari dalam konteks "berhenti"; terkadang digunakan sebagai variasi dari tedong |
2 | Tedong | Verba | tetap tinggal; menetap; bertahan | menyatakan keadaan seseorang atau benda yang tidak bergerak atau tetap | berkerabat erat dengan dōng dan teduk; bisa digunakan dalam konteks fisik maupun metaforis (misalnya uang tak betah) |
3 | Dong | Verba | tinggal; menetap; tetap | menyatakan kondisi tetap atau tidak berpindah | bentuk dasar dari tedong dan teduk; sering muncul dalam frasa seperti "aku dong i Peparik" (saya tinggal di Peparik) |
4 | Teduk | Verba | menjadi tetap/pasti; terikat; sudah disepakati | menyatakan kepastian final atau keterikatan hukum/moral | merupakan variasi dari tedong dengan nuansa makna lebih abstrak; misalnya dalam konteks utang (nge teduk utangku) |
5 | Mari | Verba | berhenti; selesai; tamat; akhir | menyatakan penyelesaian atau pengakhiran aktivitas | mirip dengan teduh dalam arti “berhenti”; juga memiliki hubungan dengan ari dalam konteks awal dan akhir |
6 | Pari | Verba | meletakkan; menempatkan; menggadaikan; menitipkan | menyatakan tindakan fisik meletakkan barang atau transaksi adat | mirip dengan ari dalam arti “meletakkan” atau “menyimpan”; juga dapat menjadi nomina dalam beberapa dialek |
Analisis Kesamaan dan Perbedaan Makna
Aspek Makna | Teduh | Tedong | Dong | Teduk | Mari | Pari |
---|---|---|---|---|---|---|
Berhenti / Selesai | ✅ | ❌ | ❌ | ❌ | ✅ | ❌ |
Menetap / Tetap Tinggal | ❌ | ✅ | ✅ | ✅ | ❌ | ❌ |
Meletakkan / Menyimpan | ❌ | ❌ | ❌ | ❌ | ❌ | ✅ |
Menggadaikan / Menitipkan | ❌ | ❌ | ❌ | ❌ | ❌ | ✅ |
Kondisi Final / Pasti | ❌ | ❌ | ❌ | ✅ | ❌ | ❌ |
Istirahat / Mereda | ✅ | ❌ | ❌ | ❌ | ❌ | ❌ |
Konteks Budaya dan Nilai Lokal
- Dalam budaya Gayo, kata-kata ini sering digunakan dalam narasi lisan, ritual adat, transaksi ekonomi tradisional, dan sistem kekerabatan.
- Penggunaan kata seperti tedong, teduk, dan mari mencerminkan nilai-nilai lokal tentang stabilitas, tanggung jawab, dan hubungan emosional dengan tanah kelahiran.
- Pari sangat penting dalam sistem pinjaman dan pertukaran barang, serta dalam ritual penitipan anak atau harta kepada pihak lain.
- Teduh dan mari sering digunakan dalam cerita rakyat untuk menyampaikan pesan moral tentang ketenangan dan akhir sebuah proses hidup.