Legih - Fikaramandio/korpus-bahasa-Gayo GitHub Wiki

Lěgih

  • Salabisasi: lě-gih

  • Kelas kata: Partikel negatif

  • Makna: Tidak, tidak ada, atau tidak benar (setara dengan "gere," namun lebih jarang digunakan sebagai negasi umum).

  • Fungsi Utama: Digunakan untuk menegasi keberadaan, kondisi, atau pernyataan tertentu.

  • Contoh:

    • Ara ke Ama n Jata isinen? — Légih: "Apakah Ama dan Jata di sini? — Tidak."
    • Ntah kite blōh. — Aku nggih: "Mari kita pergi. — Saya tidak mau."
  • Catatan:

    • Variasi Penggunaan:
      • Nggih atau ngih adalah variasi dialek dari lěgih, terutama digunakan di wilayah Bebesen.
      • Frasa seperti nti lěgih kō gèh lang ("Jangan tidak, kamu datang besok - kamu harus datang besok") menggunakan lěgih untuk menegaskan penolakan atau ketiadaan opsi lain.
    • Konteks Budaya:
      • Dalam percakapan sehari-hari, lěgih sering digunakan untuk menyangkal pertanyaan atau menyatakan ketiadaan sesuatu.

Lěgihen

  • Salabisasi: lě-gih-en
  • Kelas kata: Verba (transitif)
  • Makna: Menyangkal, membantah, atau meniadakan.
  • Fungsi Utama: Menggambarkan tindakan menyangkal suatu pernyataan atau meniadakan, terutama dalam konteks adat.
  • Contoh:
    • Ilĕgihné pěnōsahte: "Disangkalnya pemberian kita"

    • Glāh kite lěgihen rejete ini: "Mari kita copot reje ini dari jabatannya karena perbuatannya yang buruk."

    • Nge kukundei ilěgihné: "Aku sudah bertanya, tapi dia menyangkalnya"

    • Něgihen nahma le buetmu ini: "menghilangkan kewibawaan/marwah/jabatan apa yang kamu lakukan ini – "Perbuatanmu ini akan menyebabkan aku kehilangan jabatanku"

    • Konteks Budaya:

      • Dalam sistem adat Gayo, lěgihen memiliki makna penting terkait pencopotan jabatan reje (pemimpin adat) akibat perilaku buruk. Ini mencerminkan nilai-nilai lokal tentang tanggung jawab sosial dan moral.
      • Ritual pencopotan jabatan disebut pělěgihen (nomina/verba transitif); ritualnya perwakilan masyarakat biasanya tue menyerahkan 2 kayu (2 gulungan) kain putih kepada seorang reje sebagai simbol pencopotannya dari jabatan.

Mulěgih

  • Salabisasi: mu-lě-gih

  • Kelas kata: Adjektiva

  • Makna: Dicopot atau diberhentikan dari jabatan atau kedudukan.

  • Fungsi Utama: Menggambarkan status seseorang yang telah dicopot dari jabatan atau kedudukan tertentu.

  • Contoh Penggunaan:

    • Rejete gere tĕrlěgihen ilòn: "Kami belum bisa mencopot reje ini"
  • Catatan:

    • Istilah ini sering digunakan dalam konteks adat untuk merujuk pada pemimpin adat yang telah kehilangan legitimasinya akibat pelanggaran norma atau etika.

Pulěgih-lěgih

  • Salabisasi: pu-lě-gih-lě-gih
  • Kelas kata: Verba (intransitif)
  • Makna: Terus-menerus mengatakan "tidak" atau menyangkal.
  • Fungsi Utama: Menggambarkan sikap seseorang yang secara berulang kali menolak atau menyangkal sesuatu.
    • Reduplikasi pulěgih-lěgih menekankan repetisi atau intensitas tindakan penolakan.

Kěn lělěgihen

  • Salabisasi: kěn lě-lě-gih-en

  • Kelas kata: Nomina

  • Makna: Barang yang disiapkan untuk digunakan dalam keadaan darurat jika tidak ada pilihan lain.

  • Fungsi Utama: Menggambarkan barang cadangan yang disimpan untuk situasi mendesak.

  • Contoh Penggunaan:

    • Kacu pinang ini kutasòn kěn lělěgihenku lang sō: "alat bersirih ini ku simpan untuk cadangan nanti" menyimpan alat bersirih untuk kondisi darurat
  • Catatan Tambahan:

    • Frasa ini mencerminkan nilai-nilai praktis dalam masyarakat Gayo, sebagai manajemen resiko untuk keadaan darurat.

perbandingan antara Dalih, Gere, Lěgih, dan Nti**

Aspek Dalih Gere Lěgih Nti
Kelas Kata Nomina / Verba Partikel negatif Partikel negatif / Adjektiva Partikel (negatif) / Penegas larangan
Makna Utama Alasan palsu, helah, kelit Tidak, belum, tidak ada Tidak, penolakan tegas, pencopotan jabatan Jangan, agar tidak, biar tidak
Fungsi Utama Menyatakan alasan palsu untuk menghindar Negasi umum dalam percakapan sehari-hari Menyatakan negasi kuat atau penolakan tegas; digunakan dalam adat Menyatakan larangan atau tujuan negatif (supaya tidak)
Contoh Kalimat - Dělé pědih dalihé → Ia punya banyak alasan palsu- Mudalih suntuk umen ni blōh → Selalu membuat alasan setiap kali akan pergi - Gere běta → Bukan begitu- Ger’ ara → Tidak ada - Ara ke Ama n jata isinen? — Légih → Apakah Ama dan Jata di sini? — Tidak - nti le luahan kōrōngku → Jangan sampai kerbau saya lepas!- kati nti → Agar tidak
Intensitas Negasi Rendah (lebih pada alasan daripada negasi langsung) Netral – cocok untuk situasi sehari-hari Sedang–tinggi – penolakan tegas atau formal Tinggi – menyatakan larangan keras atau tujuan negatif
Penggunaan dalam Kalimat Subordinatif dan deskriptif (narasi) Subordinatif dan utama Subordinatif, imperatif, dan deskriptif moral Imperatif dan subordinatif (tujuan negatif)
Unsur Paling Cocok Untuk
Dalih Menyampaikan alasan palsu atau menghindar secara halus
Gere Negasi sehari-hari, terutama dalam percakapan informal
Lěgih Penolakan tegas atau negasi dalam konteks adat/formal
Nti Larangan kuat atau menyatakan "jangan supaya tidak"

Meskipun keempat kata ini sama-sama berhubungan dengan negasi atau penolakan, mereka tidak bisa saling dipertukarkan karena:

  • Berbeda kelas kata
  • Berbeda intensitas negasi
  • Berbeda konteks penggunaan (formal, informal, adat)
  • Berbeda nuansa budaya dan sosial