Santir - Fikaramandio/korpus-bahasa-Gayo GitHub Wiki
Salabisasi: san-tir
Kelas kata: nomina
Makna: selendang; kain penutup bahu atau pinggang; alat gantungan pakaian dari tali yang direntangkan di dalam bilik (kamar)
Fungsi Utama: digunakan sebagai pelengkap pakaian adat atau sebagai tempat menggantungkan pakaian ketika tidur
Contoh Penggunaan:
-
upuh santir, selendang/kain yang dipakai sebagai hiasan atau penutup tubuh
-
penyantiren n upuh, tali yang direntangkan di dalam bilik untuk menggantung pakaian (seperti upuh pinggang, bulang, bungkus, upuh pawak, ketawak, cemara)
Catatan Tambahan:
-
Dalam konteks budaya Gayo, upuh santir sering digunakan dalam acara adat atau pernikahan sebagai bagian dari hiasan dinding.
-
Fungsi praktis penyantiren n upuh adalah menjaga agar pakaian tidak terkena lantai saat dilepas sebelum tidur.
-
Terdapat variasi dialek seperti sabé, tetapi tidak sepenuhnya sinonim karena sabé lebih umum merujuk pada kain penutup kepala atau ikat kepala.
-
Kata ini memiliki bentuk verba turunan: nyantir / nyantiren, yang berarti “mengenakan” atau “melemparkan kain ke bahu”.
Salabisasi: nya-ntir / nya-nti-ren
Kelas kata: verba
Makna: melemparkan/mengenakan kain (biasanya selendang/upuh) ke atas bahu; memasang tali gantungan pakaian
Fungsi Utama: menyatakan tindakan meletakkan kain secara cepat atau simbolis di bahu, atau memasang tali gantungan pakaian
Contoh Penggunaan:
- isantirné upuhé ku kĕrĕlangé, dia menyandangkan kain ke bahunya
- isantirné bungkus ku kĕrĕlangé, dia menyandangkan bungkus sirih ke bahunya
- penyantiren n upuh, tali yang dipasang di dalam bilik untuk menggantung pakaian
Catatan Tambahan:
-
Bentuk isantirné adalah bentuk transitif dari kata kerja ini.
-
Digunakan juga dalam konteks harian untuk memudahkan membawa benda seperti bungkus sirih atau kain panjang.
Aspek | Santir (menyandang) | Sabé (mengalungkan) |
---|---|---|
Ejaan & Salabisasi | san-tir | sa-bé |
Kelas Kata Dasar | Nomina / Verba (turunan) | Nomina / Verba (turunan) |
Makna Dasar | Kain atau tali yang dilemparkan/dikenakan di bahu; juga alat gantungan pakaian di bilik | Selendang yang digunakan oleh perempuan, biasanya dalam acara adat |
Fungsi Utama | - Melemparkan/mengenakan kain ke bahu - Menyediakan tempat gantungan pakaian saat tidur |
- Menggunakan selendang sebagai bagian dari busana adat - Simbol estetika, spiritualitas, dan keramahan adat |
Bentuk Turunan | - nyantir/nyantiren: melemparkan/mengenakan kain ke bahu - penyantiren n upuh: tali gantungan pakaian |
- nyabé/nyenyabé: memakai sabé - musabé: menjuntai, terseret |
Gerakan Fisik | Melempar ke bahu (mirip menyandang tas/senapan) | Melingkar di leher/bahu (mirip mengalungkan sesuatu) |
Konteks Penggunaan | - Harian (gantungan pakaian) - Bisa dilakukan laki-laki/perempuan |
- Upacara adat (pernikahan, nawari umah, penyambutan tamu agung) - Umumnya dilakukan perempuan |
Jenis Kain | Bisa berupa kain apa saja | Kain berkualitas tinggi seperti upuh kiō, upuh emet, upuh tapta, upuh plang, atau upuh glime |
Kaitan Budaya | - Berkaitan dengan kebiasaan rumah tangga dan ritual sederhana - Lebih fungsional dan simbolis |
- Lebih simbolis dan sakral - Terkait erat dengan nilai-nilai adat, keindahan, dan status sosial |
Padanan Bahasa Indonesia | ➜ menyandang | ➜ mengalungkan |
Perbedaan Utama | - Lebih luas mencakup konsep gantungan pakaian dan tindakan melemparkan kain ke bahu - Fungsional dan ritualistik |
- Lebih spesifik pada selendang adat yang dikenakan perempuan - Estetis dan sakral |
Persamaan | - Sama-sama terkait dengan kain yang dikenakan/digunakan di bahu - Memiliki bentuk verba turunan yang menunjukkan aktivitas melemparkan/menggunakan kain - Sering muncul dalam konteks adat dan ritual Gayo |
Catatan: