Perjak - Fikaramandio/korpus-bahasa-Gayo GitHub Wiki
Pĕrjak
1
Salabisasi: per-jak
Kelas Kata: Verba
Makna:
- Menjajah atau meratakan tanah sawah dengan kaki, biasanya dilakukan sebelum menanam bibit padi (nombang).
- Proses ini bertujuan untuk membuat permukaan tanah menjadi rata dan padat agar siap ditanami.
Fungsi Utama:
- Digunakan dalam aktivitas pertanian tradisional masyarakat Gayo sebagai bagian dari persiapan penanaman padi.
- Merupakan pekerjaan yang umum dilakukan oleh anak-anak atau remaja laki-laki (si bebujang) sebelum para perempuan (si beberu) mulai menanam bibit.
Contoh Penggunaan:
– Si bebujang memperjak, si beberu nombang, anak laki-laki meratakan tanah, anak perempuan menanam bibit.
– Nti pepĕrjakko penomenku, jangan diinjak-injak tempat tidur ku
– Tepĕrjak aku katak, saya menginjak katak tanpa sengaja.
Catatan Tambahan:
-
Sinonim: rulah → alat serupa digunakan untuk meratakan tanah sawah, tetapi menggunakan alat kayu.
-
Bentuk derivasi:
-
Konteks Budaya:
- Aktivitas memperjak merupakan bagian dari sistem pertanian tradisional yang melibatkan gotong royong antar anggota masyarakat.
2
Salabisasi: per-jak
Kelas Kata: Adjektiva
Makna:
- Berwarna putih pada bagian kaki atau betis (bawah lutut) — digunakan untuk menggambarkan ternak
Fungsi Utama:
- Menggambarkan ciri fisik hewan ternak, terutama pola warna bulu/kulitnya.
Perbandingan perjak dan roroh yang berkaitan dengan aktivitas fisik menginjak atau meratakan sesuatu dengan kaki, tetapi berbeda secara halus dalam konteks penggunaan, fungsi gramatikal, dan nuansa budaya.
Aspek | perjak | roroh |
---|---|---|
Kelas Kata | Verba | Verba / Nomina |
Makna Harfiah | Menginjak atau Meratakan tanah sawah dengan kaki sebelum menanam padi. | Menginjak/menghancurkan sesuatu di bawah kaki; bisa juga menjadi nomina untuk objek yang diinjak. |
Fungsi Utama | Aktivitas pertanian tradisional untuk mempersiapkan lahan sebelum penanaman padi (nombang). | Aktivitas fisik umum (menginjak), bisa bersifat harfiah maupun metaforis/ritual. |
Konteks Penggunaan | Umumnya dalam aktivitas pertanian. | Beragam: pertanian, ritual adat, kehidupan sehari-hari, dan interaksi dengan alam gaib. |
Perbedaan Kunci
1. Lingkup Penggunaan
- pĕrjak: Terbatas pada konteks pertanian tradisional. Namun saat ini sudah berkembang menjadi lebih luas
- ròròh: Lebih luas, mencakup:
- Aktivitas sehari-hari
- Ritual adat
- Gangguan gaib
- Simbolisme budaya
2. Kelas Kata
- pĕrjak: Hanya sebagai verba.
- ròròh: Bisa sebagai verba maupun nomina (misalnya rerorohen).
3. Nuansa Spiritual
- pĕrjak: Tidak memiliki konotasi spiritual, hanya aktivitas fisik.
- ròròh: Dapat menyiratkan gangguan gaib jika dilakukan di tempat keramat (misalnya gere teroroh atang òya).
4. Fungsi Ritual
- pĕrjak: Ritual kecil sebelum menanam padi.
- ròròh: Digunakan dalam ritual adat seperti pernikahan (rerorohen) dan pengusiran gangguan gaib.
Aspek | Kesimpulan |
---|---|
Kemiripan | Keduanya menggambarkan aktivitas fisik "menginjak" menggunakan kaki. |
Perbedaan Mendasar | pĕrjak lebih spesifik dalam konteks pertanian, sedangkan ròròh lebih luas dan multifungsi, termasuk dalam ritual dan konteks spiritual. |
Relevansi Linguistik | ròròh lebih kompleks secara linguistik karena fleksibilitas makna dan bentuk derivasinya. |