Gacip - Fikaramandio/korpus-bahasa-Gayo GitHub Wiki
Gacip
Salabisasi: ga-cip
Kelas kata: Nomina (benda); Verba (kata kerja dalam bentuk derivatif).
Makna:
- Nomina: Alat atau bagian tubuh yang berfungsi seperti penjepit, misalnya capit pada kalajengking (kala), kepiting (gerep), dan udang (udang).
- Verba: Menjepit dengan alat seperti penjepit atau dengan bagian tubuh seperti capit.
Fungsi Utama:
- Sebagai kata benda, merujuk pada bagian tubuh hewan yang berfungsi sebagai penjepit.
- Sebagai kata kerja, menggambarkan tindakan menjepit dengan capit.
Contoh Penggunaan:
-
Aku igacipen gerep tĕrpumungku : Tangan ku dicapit kepiting
-
Kala menggacip → Kalajengking menjepit musuhnya dengan capitnya.
Catatan Tambahan:
- Variasi penggunaan: Kata ini sering digunakan dalam konteks alam atau kehidupan sehari-hari masyarakat Gayo yang dekat dengan lingkungan perairan atau hutan, di mana hewan seperti kepiting, kalajengking, dan udang menjadi bagian dari kehidupan mereka.
- Sinonim: Penjepit (dalam konteks alat); Capit (dalam konteks bagian tubuh hewan).
Contoh Penggunaan:
- Kala menggacip.
(Kalajengking menjepit dengan capitnya.) - Aki igacipen gerep tĕrpumungku.
(Aku dijepit capit kepiting hingga tanganku terjepit.)
Berikut adalah **perbandingan GACIP, MPIT, SĔPIT, APIT, ÈMPÈT, PÉPÉT, SĔMPIT untuk memudahkan pemahaman tentang persamaan dan perbedaannya. Perbandingan ini mencakup aspek makna, fungsi utama, konteks budaya, dan penggunaan dalam kalimat.
Gacip, Mpit, Sepit, Apit, Empet, Pepet dan Sempit
Perbandingna1. Persamaan
-
Konsep Dasar:
Semua kata ini berkaitan dengan konsep "menekan," "menjepit," atau "sempit." Mereka menggambarkan aksi fisik (seperti menjepit atau menekan) atau kondisi ruang/situasi yang terbatas (seperti sempit atau sesak). -
Fungsi Utama:
-
Konteks Budaya:
Kata-kata ini mencerminkan kehidupan masyarakat Gayo yang dekat dengan alam dan praktik tradisional. Misalnya, penggunaan alat-alat sederhana untuk menjepit atau menekan sering disebutkan. Selain itu, beberapa kata memiliki dimensi spiritual atau sosial, seperti doa untuk "memperluas" ruang di makam (Sempit).
2. Perbedaan
Kategori | Gacip | Mpit | Sepit | Apit | Empet | Pepet | Sempit |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Makna Utama | Alat atau bagian tubuh yang berfungsi menjepit (seperti capit kalajengking atau kepiting). | Jaminan untuk utang; atau menandingi/menyamai seseorang. | Menekan, menjepit, atau mendesak secara fisik atau metaforis. | Alat atau tindakan menjepit (seperti karung beras); dapat juga menggambarkan fenomena alam. | Ruang atau situasi yang sempit; dapat digunakan secara fisik maupun metaforis. | Menekan/menjepit hingga menyebabkan kerusakan fisik (seperti memar atau penyok). | Kondisi ruang yang sempit; atau mendesak seseorang untuk melakukan sesuatu. |
Kelas Kata | Nomina; Verba (dalam bentuk derivatif). | Nomina; Verba (dalam bentuk derivatif). | Verba; Nomina (untuk alat). | Nomina; Verba (dalam bentuk derivatif). | Adjektiva. | Verba; Adjektiva (untuk hasil tekanan). | Adjektiva; Verba (dalam bentuk derivatif). |
Fungsi Utama | Menggambarkan alat atau bagian tubuh yang menjepit. | Menggambarkan barang jaminan atau aksi menandingi/mendesak. | Menggambarkan aksi menekan, menjepit, atau mendesak. | Menggambarkan alat atau aksi menjepit, serta fenomena alam. | Menggambarkan kondisi ruang yang sempit atau sesak. | Menggambarkan aksi menekan/jepit yang menyebabkan kerusakan fisik. | Menggambarkan kondisi ruang yang sempit atau aksi mendesak seseorang. |
Konteks Budaya | Digunakan dalam konteks fauna (kalajengking, kepiting, udang) dan aktivitas sehari-hari. | Digunakan dalam transaksi utang-piutang dan kompetisi intelektual (debat). | Digunakan dalam konteks tekanan fisik atau metaforis (penagihan utang, sesak). | Digunakan dalam konteks alat tradisional (penjepit karung) dan fenomena alam. | Digunakan dalam konteks spiritual (doa untuk memperluas ruang di makam) dan hidup komunal. | Digunakan dalam aktivitas pertanian (memeras tebu) dan kehidupan sehari-hari. | Digunakan dalam konteks ruang terbatas dan dinamika sosial (penagihan utang). |
Contoh Kalimat | Kala menggacip lawanen → Kalajengking menjepit musuhnya. | Sana si ibōhkō kĕn mpité? Umengku → Apa yang kau jadikan jaminan? Sawahku. | Musĕpit aku ku rĕring → Aku terjepit ke dinding. | Napit karung → Menutup karung dengan penjepit. | Ikajiié ku jèrèt n amaé kati nti èmpèt kuburé → Dia membacakan doa agar makam tidak sempit. | Mupèpèt pumungku → Tangan saya terjepit. | Nyĕmpit → Mendesak seseorang untuk membayar utang. |
3. Analisis Perbandingan
A. Berdasarkan Makna
-
Alat atau Benda:
- GACIP, APIT, PĔNJĔPIT: Fokus pada alat atau benda yang digunakan untuk menjepit.
- MPIT, SĔPIT, ÈMPÈT, PÉPÉT, SĔMPIT: Lebih fokus pada aksi atau kondisi yang dihasilkan oleh tekanan/jepitan.
-
Aksi atau Kondisi:
- GACIP, APIT, PÉPÉT: Menekankan aksi fisik seperti menjepit atau menekan.
- MPIT, SĔPIT, ÈMPÈT, SĔMPIT: Dapat digunakan secara metaforis untuk menggambarkan situasi sosial atau kondisi ruang.
B. Berdasarkan Konteks Budaya
-
Kepercayaan Spiritual:
- ÈMPÈT: Digunakan dalam konteks spiritual, seperti doa untuk memperluas ruang di makam.
- MPIT, SĔPIT, SĔMPIT: Digunakan dalam konteks sosial, seperti penagihan utang.
-
Aktivitas Tradisional:
- APIT, PÉPÉT: Digunakan dalam aktivitas tradisional seperti menutup karung atau memeras tebu.
- GACIP: Digunakan dalam konteks fauna, mencerminkan hubungan dengan alam.
C. Berdasarkan Penggunaan dalam Kalimat
-
Verba (Aksi):
- GACIP (mĕnggacip), MPIT (nĕmpit), SĔPIT (nyĕpit), APIT (napit), PÉPÉT (mèpèt), SĔMPIT (nyĕmpit): Menggambarkan aksi fisik atau metaforis.
-
Adjektiva (Kondisi):
- ÈMPÈT, SĔMPIT: Menggambarkan kondisi ruang yang sempit atau sesak.
4. Kesimpulan
- Persamaan Utama: Semua kata ini berkaitan dengan konsep "tekanan" atau "keterbatasan," baik secara fisik maupun metaforis.
- Perbedaan Utama:
- Beberapa kata lebih fokus pada alat atau benda (GACIP, APIT), sementara yang lain lebih fokus pada aksi atau kondisi (ÈMPÈT, SĔMPIT).
- Konteks budaya dan penggunaan dalam kalimat berbeda-beda, mencerminkan nilai-nilai lokal masyarakat Gayo, seperti kepercayaan spiritual, aktivitas tradisional, dan dinamika sosial.
Dengan memahami perbandingan ini, kita dapat lebih mudah mengidentifikasi penggunaan setiap kata sesuai konteks dan maknanya.