Bungkus - Fikaramandio/korpus-bahasa-Gayo GitHub Wiki

bungkus

Salabisasi: bung-kus

Kelas kata : Nomina

Makna : kain persegi (biasanya terbuat dari kain tenun impor atau sutra Aceh), yang digunakan untuk menyimpan bahan-bahan sirih (anggas). digunakan oleh pria. Kain ini memiliki nilai budaya dan simbolis dalam masyarakat Gayo.

Fungsi Utama

  • Sebagai wadah penyimpanan: Digunakan untuk menyimpan bahan-bahan sirih seperti daun sirih (blō), kapur (kapur), pinang (pinang), tembakau (bakō), dan bahan lainnya.

  • Sebagai simbol identitas: Setiap pria atau pemuda di rumah memiliki bungkus yang diletakkan dekat dengan dirinya. Saat bepergian, bungkus dibawa dengan cara disampirkan di atas bahu (kecuali bagi mereka yang membawa beban berat).

  • Sebagai alat komunikasi sosial: Dalam pertemuan atau penyambutan tamu, bungkus disodorkan sebagai bentuk keramah-tamahan, yang kemudian dibalas oleh pihak lain dengan menawarkan _bungkus miliknya sendiri.

  • Bungkusé i pětangasné ku jamu : "Dia menyodorkan bungkusnya kepada tamu agar dapat bersirih"

  • Fungsi Utama: Menunjukkan tindakan memberikan bungkus kepada tamu sebagai bentuk penghormatan agar tamu dapat mengambil dan menggunakan bahan sirih dari dalamnya.

Konteks Budaya:

  • Bungkus adalah bagian integral dari kehidupan sehari-hari dan ritual adat masyarakat Gayo. Kehadirannya mencerminkan nilai-nilai keramah-tamahan, kesopanan, dan kebersamaan.
  • Penyampaian bungkus kepada tamu atau orang lain adalah bentuk saling menghormati, yang sering kali menjadi simbol hubungan baik antarindividu.

Nilai Simbolis:

  • Bungkus tidak hanya berfungsi sebagai wadah fisik tetapi juga melambangkan status sosial dan tanggung jawab individu dalam masyarakat. Misalnya, keberadaan ba(h)ru (ornamen atau hiasan) yang terpasang pada satu atau lebih sudut bungkus menunjukkan identitas atau prestise pemiliknya.

Peran dalam Interaksi Sosial:

  • Ketika dua orang bertemu, mereka biasanya saling menawarkan bungkus sebagai bentuk saling menghormati. Ini menciptakan hubungan timbal balik yang penting dalam budaya Gayo.

  • Nge kupĕtangasen ku pòlan bungkusmu : sudah kusiapkan semua perlatan bersirih mu dalam bungkus ku titip pada polan

  • Puanga(s)-angas wé ku bungkuste, bungkus dirie ara : Dia terus mengambil sirih dari kantong sirih kami, padahal dia punya kantong sirih sendiri!