Bulen - Fikaramandio/korpus-bahasa-Gayo GitHub Wiki
Bulen
Salabisasi: bu-len
Kelas Kata: Nomina (kata benda) / Verba (kata kerja)
Makna:
-
Nomina – Bulan sebagai satuan waktu; masa selama 28–30 hari.
- Contoh: due bulen mi aku malé blōh — dua bulan lagi saya akan berangkat.
-
Dalam konteks budaya dan alam:
- nam bulen musim ni dĕpék — enam bulan lamanya musim ikan dĕpék muncul di danau.
-
Sebagai penanda waktu dalam kalender atau ritual:
- sari bulen — satu bulan, merujuk pada tanggal tertentu seperti hari ke-1, ke-2, atau ke-20 dalam bulan Hijriah.
-
Nama tempat:
- Pĕbulen atau Pĕrbulen — nama sebuah kampung di daerah Tampur.
-
Dalam bentuk verbal:
- mĕnubulén — menghitung atau menetapkan waktu dalam hitungan bulan.
- sĕbulen due bulen — sekitar satu atau dua bulan.
-
Dalam konteks meteorologi/adat:
- anak bulen — anak yang lahir saat hujan deras (lihat sub ujen) dalam kepercayaan rakyat Gayo.
Fungsi Utama:
- Digunakan untuk menyebutkan satuan waktu (bulan) dalam perhitungan durasi.
- Juga digunakan dalam narasi adat dan cerita rakyat untuk menyebutkan siklus alam atau musim tertentu.
- Bisa menjadi bagian dari penamaan geografis/tempat dalam wilayah Gayo.
Contoh Penggunaan:
Kalimat Bahasa Gayo | Terjemahan Bahasa Indonesia |
---|---|
Due bulen mi aku malé blōh | Dua bulan lagi saya akan pergi. |
Nam bulen musim ni dĕpék | Enam bulan adalah musim ikan dĕpék. |
Sĕbulen due bulen | Sekitar satu sampai dua bulan. |
Sari bulen | Tanggal bulan Hijriah, misalnya hari pertama atau kedua. |
Anak bulen | Anak yang lahir saat hujan deras (dalam kepercayaan lokal). |
Mĕnubulén jĕma si rawan | Menghitung usia seseorang dalam bulan. |
Catatan Tambahan:
- Kata ini sering digunakan dalam narasi adat dan tradisi untuk menyebutkan musim, waktu penantian, atau penanggalan lokal.
- Memiliki hubungan langsung dengan kata ulen (waktu), tetapi lebih spesifik pada konsep "bulan" sebagai satuan waktu.
Aspek | bulen | ulen |
---|---|---|
Salabisasi | bu-len | u-len |
Kelas Kata | Nomina (kata benda) | Nomina (kata benda) |
Makna Utama | Bulan sebagai satuan waktu; masa selama 28–30 hari | Waktu secara umum; bulan sebagai fase alam atau periode |
Fungsi Utama | Menyatakan satuan bulan dalam perhitungan durasi atau musim | Menyatakan waktu secara lebih luas, termasuk fase bulan dan kondisi biologis manusia (ulen-ulednen) |
Konteks Penggunaan | Digunakan dalam hitungan bulanan seperti "due bulen mi aku malé blōh" (dua bulan lagi saya akan berangkat) | Lebih luas, bisa menyatakan awal bulan, akhir bulan, hingga kondisi fisik (misalnya menstruasi) |
Contoh Kalimat | Due bulen mi aku malé blōh — Dua bulan lagi saya akan berangkat. Sari bulen — Tanggal pertama bulan Hijriah. | Benen òya tengah ulen-ulednen — Wanita itu sedang dalam masa haid. Tĕngah nyang ulen besilō — Sekarang bulan sedang meningkat (awal bulan). |
Bentuk Turunan | – mĕnubulén: menghitung dalam bulan – sĕbulen: satu bulan | – ulen-ulednen: masa haid – tengah nyang ulen: bulan baru – tengah tirus ulen: bulan menurun |
Penggunaan Formal / Adat | Sering digunakan dalam konteks penanggalan lokal dan ritual adat yang terkait dengan bulan Hijriah. | Lebih sering digunakan dalam konteks astronomi, musim, dan fase alami seperti haid atau kehamilan. |
Hubungan dengan Tema Budaya | Terkait langsung dengan ritual dan perhitungan adat seperti bĕrapé weih (permohonan hujan), kĕrje mĕnubulén (menetapkan waktu pernikahan dalam bulan tertentu) | Banyak muncul dalam narasi budaya dan cerita rakyat sebagai simbol waktu sakral, masa haid, dan penuaan. |
Persamaan antara bulen dan ulen
Aspek | Deskripsi |
---|---|
Satuan Waktu | Keduanya merujuk pada satuan waktu bulan dalam sistem penanggalan lokal dan Hijriah. |
Digunakan dalam Penanggalan Lokal | Sering muncul dalam frasa seperti sari bulen, tĕngah ulen, yang merujuk pada tanggal atau fase bulan tertentu. |
Terlibat dalam Konteks Budaya/Adat | Baik bulen maupun ulen digunakan dalam proses penjadwalan acara adat, seperti pernikahan (kĕrje), ritual, atau upacara agraris. |
Dapat Menjadi Bagian dari Frasa Lama Waktu | Misalnya: due mata n bulen (dua bulan), tĕrtue n ulen (akhir bulan), dll. |
Perbedaan Utama antara bulen dan ulen
Aspek | bulen | ulen |
---|---|---|
Cakupan Makna | Lebih spesifik pada satuan bulan dalam perhitungan durasi atau siklus hidup. | Lebih luas, mencakup bulan sebagai fenomena langit, masa kehamilan, dan masa haid. |
Penggunaan dalam Narasi | Umum dalam kalimat sehari-hari untuk menyebutkan durasi: due bulen mi..., satu bulen lalu... | Umum dalam narasi adat dan keseharian untuk menyebutkan fase bulan atau kondisi fisiologis. |
Konteks Astronomi | Jarang digunakan untuk menyebut fase bulan di langit. | Sering digunakan dalam deskripsi astronomi: nge atas ulen (bulan tinggi), pĕnuh ulen (bulan purnama), tĕngah nyang ulen (bulan baru). |
Konteks Biologis | Tidak digunakan dalam konteks fisiologi wanita. | Sering digunakan dalam frasa ulen-ulednen sebagai eufemisme untuk masa haid. |
Konteks Tradisi dan Agama | Digunakan dalam ritual seperti bĕrapé weih (meminta hujan) yang dilakukan setelah bulen. | Lebih dominan dalam konteks ritual yang mempertimbangkan fase bulan Islam, seperti tĕngah nyang ulen (awal bulan) untuk menentukan puasa dan Idul Fitri. |
- bulen lebih formal dan spesifik dalam perhitungan waktu, biasanya dalam konteks durasi dan kalender lokal.
- ulen memiliki makna yang lebih luas, tidak hanya menyatakan bulan sebagai satuan waktu, tetapi juga fase bulan, keadaan fisiologis, dan fenomena alam.
- Keduanya saling melengkapi dalam struktur waktu masyarakat Gayo, terutama dalam menentukan masa kerja, masa adat, dan masa biologis.