Sara - Fikaramandio/korpus-bahasa-Gayo GitHub Wiki
Sara
1
Salabisasi: sa-ra
Kelas kata: Nomina (kata benda) / Adjektiva (kata sifat)
Makna: Satu. Kata sara dapat digunakan baik sebagai kata benda maupun kata sifat dalam bahasa Gayo.
Fungsi Utama:
- Sebagai nomina, sara berfungsi untuk menyatakan jumlah "satu" secara eksplisit.
- Sebagai adjektiva, sara menggambarkan kesatuan atau keutuhan, seperti "keseluruhan," "yang sama," atau "milik satu kesatuan."
- Dalam beberapa konteks, sara digunakan sebagai bentuk yang lebih modern dibandingkan dengan varian lama seperti sĕ, sĕn, atau sĕm.
- Di wilayah Gayo Lues, penggunaan sara lebih sering ditemukan dibandingkan di Gayo Laut.
- Sebelum vokal, kata ini dapat berubah menjadi sar', misalnya dalam frasa sar'ine ("se-ibu").
- Bentuk tereduksi dari sara adalah sĕr(ĕ), seperti dalam contoh sĕrĕlō ("sehari").
Contoh Penggunaan:
- Nomina
-
Iòné ara ringgit sara : Disitu ada uang satu ringgit
-
Krō sara kuren – Nasi satu periuk.
-
Póngku sara paké maté imei kule – Seorang teman ku meninggal, dibawa oleh harimau
-
Ara sara jĕma, urang Pĕnosan – Ada seseorang dari Pĕnosan
-
Sara tanóh Gayo ara jěma òròp sĕpuluh ribu : Di seluruh tanah Gayo penduduknya sekitar sepuluh ribu orang.
-
Sara batang : Dari satu pohon yang sama.
-
Sara dapur : Satu Dapur, maksudnya masih satu rumah meski ada beberapa keluarga
-
Sara langit-bumi : Satu langit, satu bumi - tinggal di kampung yang sama.
- Adjektiva
-
Umah sara : rumah tempat prosesi adat
-
Upuh sara kayu– Kain se-kayu ; yang dimaksud dengan kayu disini adalah ukuran panjang, dari ujung jari tengah sampai tengah dada dibawah leher
-
Sara ralik : satu garis keturunan dari keluarga istri
-
Sara mpu – satu nenek moyang (kakek) yang sama
- Kontekstual (numerik/penekanan)
-
Ini ara sara mi – Di sini ada satu lagi.
-
Sidah utangmu? - Sara ringgit : Berapa hutangmu? - Satu Ringgit
- Idiomatik
-
Sar' ulen
Satu bulan. -
Sara sěta (lazim diguanakan_sěněta_) Seta adalah satuan ukuran panjang
-
Sĕrĕlō sar' ingi – Satu hari satu malam
-
Sara tangkus mi, gere ngkip aréa – Se-tangkus lagi, are akan penuh : satu area kurang satu tangkus
-
Isòné aku muděmu urum sara jĕma – Di sana aku bertemu dengan seseorang.
-
Nti mi naè aku urum kō sara (sě)sanah pé, nti mi naè sara langit-bumi pé : Jangan lagi kita memiliki hubungan apapun yang menyatukan, jangan satu langit dan satu bumi pun konteks pertikaian keluarga
VARIANSI KATA SARA
Saran
Kata: saran
Salabisasi: sa-ran
Kelas kata: Verba (kata kerja)
Makna Utama: Menyatukan, menggabungkan, atau melakukan sesuatu secara bersama-sama. Kata ini digunakan untuk menyatakan tindakan yang melibatkan penyatuan elemen-elemen terpisah menjadi satu kesatuan.
-
Kusaran krō ku wan [sara] pinggen – Saya menggabungkan nasi dari beberapa piring ke dalam satu piring.
-
Kusaran buetku, ngěrje urum nyunet – Saya menyatukan pesta pernikahan dan khitanan
-
Kěbenku nge kusaran běsilō – Lumbung padi ku sudah kusatukan
-
Kusaran diringku ku jěma si blōh ku rantō e – Saya menyatukan diri dengan rombongan yang pergi merantau
-
Wé isaradné dirié ku Pĕnòsan – Dia telah menyatukan dirinya dengan masyarakat Penosan.
Terjemahan: Saran digunakan untuk menyatakan proses integrasi seseorang ke dalam suatu komunitas atau kelompok sosial.
Pĕtisaran
Salabisasi: pĕ-ti-sa-ran
Kelas kata: Verba (kata kerja)
Makna Utama: Menyatukan, menggabungkan, atau berupaya menyatukan sesuatu. Kata ini sering digunakan dalam konteks upaya penyatuan yang sulit atau tidak berhasil.
-
Gèh kěné pětue: aku gere tĕrsaran aku běcara ni anakku wan kampung 'ni bédné, nge ncara tanduk iběrkas – Kata Petue: "Aku tak bisa menyatukan orang-orang di kampung ini, seperti halnya mencoba mengikat tanduk-tanduk kerbau menjadi satu."
-
Kami nge le těrsaran iòsah ama kōrō – Ayah telah memberikan kami masing-masing seekor kerbau.
-
Gere aku těrsaran urum kam – Aku tidak dapat menyatu dengan kalian
Musara
Salabisasi: mu-sa-ra
Kelas kata: Adjektiva (kata sifat)
Makna Utama: Menyatu, membentuk satu kesatuan, atau bersatu dalam harmoni. Kata ini digunakan untuk menggambarkan keadaan di mana beberapa entitas atau individu menjadi satu secara fisik, sosial, atau spiritual.
-
Nge musara urang Gele urum urang Pěnggalangan pakaté – Sudah satu kata (sepakat) Orang Gele dengan orang Penggalangan
-
Ike malé prang, maan musara mulō – Jika akan berperang, makan bersama terlebih dahulu
-
Jěma prang musara-milik – Kelompok yang berperang semua barang adalah milik bersama
-
Ike maan musara-pinggen, Ike nòmé musara-alas, Ike kundul musara-ampang, Ike blōh musara-lòlòten, Ike maté musara-kubur – jika makan, satu piring bersama, kalau tidur diselembar tikar yang sama, kalau duduk di satu ampang yang sama, kalau pergi dalam rombongan yang sama, kalau mati, dalam satu liang lahat
-
Ratip musara-anguk, nyawa musara-pluk, maté musara-uruk – Dalam ratip, satu gerakan yang sama (mengangguk), nyawa bersama dalam satu pelukan, mati bersama dalam satu lubang
-
Pusara-sara
Salabisasi: pu-sa-ra-sa-ra
Kelas kata: Verba (kata kerja)
Makna Utama: Berusaha bergabung atau menyatu dengan kelompok lain. Kata ini digunakan untuk menggambarkan tindakan seseorang yang secara aktif mencoba menjadi bagian dari kelompok tertentu, sering kali dengan cara memaksakan diri.
- Pusara-sara dirié ku póng – Dia selalu berusaha bergabung dengan orang lain, memaksakan diri (misalnya di perjalanan untuk bepergian bersama).
Pĕsaran / pusaran / pĕnjaran
Salabisasi: pĕ-sa-ran / pu-sa-ran / pĕ-nja-ran
Kelas kata: Nomina (kata benda)
Makna Utama: Sarana untuk penyatuan, khususnya dalam konteks pembayaran uang untuk diterima sebagai anggota suatu komunitas adat. Kata ini sering digunakan untuk merujuk pada biaya atau upeti yang dibayarkan untuk bergabung dengan suku atau komunitas baru.
- Pusaranku urumkam pudah a lime teil – Penyatuan ku dengan kalian dahulu 5 teil - Membayar 5 teil sebagain bagian dri kelompok, misal kongsi
Mĕtisara
Salabisasi: mĕ-ti-sa-ra
Kelas kata: Adjektiva (kata sifat)
Makna Utama: Masing-masing memiliki milik sendiri, tidak bergabung atau bersatu. Kata ini digunakan untuk menunjukkan keadaan di mana setiap individu atau kelompok memiliki atribut atau kepemilikan yang terpisah dan independen.
- Mĕtisara – Masing-masing berdiri sendiri, masing-masing memiliki milik sendiri.
Mĕtisara digunakan sebagai adjektiva untuk menunjukkan keadaan di mana individu atau kelompok tidak bersatu atau tidak bergabung.
Rangkuman
1. Makna Dasar:
- Arti Utama:
Sara secara umum berarti "satu," baik sebagai nomina (menyatakan jumlah) maupun adjektiva (mendeskripsikan kesatuan atau keunikan).
2. Fungsi Utama:
-
Nomina (Kata Benda):
- Digunakan untuk menyatakan jumlah eksplisit, seperti dalam perhitungan objek, orang, atau uang (sara ringgit, "satu ringgit").
-
Adjektiva (Kata Sifat):
- Digunakan untuk mendeskripsikan kesatuan atau hubungan antara entitas tertentu, seperti dalam frasa sara batang ("dari satu pohon") atau sara dapur ("memiliki satu oven").
- Contoh: Umah sara. (Sebuah rumah.)
-
Kontekstual (Budaya/Sosial):
- Digunakan dalam konteks budaya untuk menunjukkan kesatuan dalam keluarga, komunitas, atau keturunan. Misalnya, sara kampung ("penduduk satu kampung") atau sara reje ("memiliki satu kepala adat").
- Contoh: sara Ine. (Ada seseorang.)
-
Idiomatik (Ungkapan Tetap):
- Bagian dari ungkapan tetap yang memiliki makna spesifik, seperti sara langit-bumi ("tinggal di tempat yang sama") atau sara krō ("memiliki satu nasi yang sama").
- Contoh: Sara langit-bumi. (Tinggal di bawah satu atap.)
3. Variasi Penggunaan:
-
Fonologis:
- Bentuk dasar sara dapat mengalami variasi fonologis menjadi sar' sebelum vokal (misalnya, sar' ingi, "satu hari satu malam") atau tereduksi menjadi sĕr(ĕ) dalam beberapa dialek.
-
Kontekstual:
- Dalam beberapa kasus, sara digunakan sebagai alternatif dari sĕ untuk memberikan penekanan pada konsep "satu." Misalnya, sara sěta lebih menekankan kesatuan dibandingkan sĕněta.
4. Nilai Budaya:
-
Persatuan dan Kebersamaan:
- Penggunaan sara mencerminkan nilai-nilai penting dalam masyarakat Gayo, seperti persatuan, kebersamaan, dan identitas kolektif. Misalnya, sara dapur dan sara langit-bumi menunjukkan pentingnya keluarga inti dan komunitas lokal dalam kehidupan sehari-hari.
-
Hubungan Kekerabatan:
- Frasa seperti sara ralik ("dari satu keturunan") atau sara mpu ("memiliki satu nenek moyang") mencerminkan struktur sosial tradisional yang masih memegang peranan penting dalam pengaturan hubungan sosial dan adat istiadat.
5. Kata Turunan atau Terkait:
-
Musara:
- Berarti "menyatu" atau "membentuk satu kesatuan," sering digunakan dalam konteks harmoni atau integrasi sosial. Misalnya, musara-pinggen ("makan dari satu piring").
-
Pusara-sara:
- Berarti "berusaha bergabung" dengan kelompok lain, sering kali dengan cara aktif atau memaksa diri.
-
Pusaran:
- Berarti "sarana penyatuan," seperti pembayaran untuk masuk ke dalam suku atau komunitas baru.
-
Bĕrsara:
- Berarti "berbeda-beda" atau "tidak sama," menunjukkan ketidaksesuaian dalam atribut tertentu.
-
Mĕtisara:
- Berarti "terpisah" atau "memiliki milik sendiri," menunjukkan keadaan di mana individu atau kelompok tidak bersatu.
Kesimpulan Akhir: Kata sara memiliki makna utama "satu," tetapi penggunaannya sangat luas, mencakup aspek numerik, deskriptif, budaya, dan idiomatik. Selain itu, kata ini juga memiliki variasi fonologis dan turunan yang menambah kekayaan semantisnya. Pemahaman yang mendalam tentang konteks budaya dan sosial sangat penting untuk menggunakan atau memproses kata ini dengan tepat.
2
Entri Kamus Tambahan:
Kata: Sara òya
Salabisasi: sa-ra ò-ya
Kelas kata: Konjungsi / Kata Keterangan (kata hubung atau penegasan)
Makna Utama: "Seperti itu," "demikianlah," atau "dengan cara seperti itu." Kata ini digunakan untuk menunjukkan cara, metode, atau pola tertentu dalam konteks percakapan atau narasi.
- Di Gayo Laut, Sara òya sering digunakan dan dapat dianggap sebagai bentuk utama.
- Di Gayo Lues, bentuk yang lebih umum adalah Ncara òya atau Cara òya, yang memiliki makna yang identik dengan Sara òya.
-
Hubungan dengan Sara :
- Sara òya kemungkinan merupakan bentuk turunan atau variasi dari Sara ("satu"), tetapi telah berkembang menjadi frase khusus untuk menunjukkan cara atau pola tertentu.
-
Relevansi Budaya:
- Frasa ini sering digunakan dalam cerita rakyat, instruksi, atau deskripsi tindakan untuk menegaskan bahwa sesuatu dilakukan "seperti itu" atau "dengan cara tersebut."