Perbandingan OpenSID dengan Simpeldesa - JackMizh/Sisekar GitHub Wiki
Secara umum, pada berbagai aspek, pendekatan Simpeldesa sangat berbeda dengan OpenSID.
Simpeldesa dikembangkan oleh perusahaan, Telkom Indonesia, dengan tujugan komersial. Sedangkan OpenSID dikembangkan oleh komunitas desa, dengan tujuan yang lebih sederhana dan praktis, yaitu semata-mata untuk memajukan desa dengan mendukung secara menyeluruh dan lengkap kebutuhan tata kelola data/informasi di desa.
Simpeldesa disebarkan melalui mekanisme pemasaran perusahaan, termasuk pendekatan langsung ke semua lapisan pemerintahan desa dan supra-desa, dengan dukungan anggaran dari Telkom Indonesia. Sedangkan OpenSID disebarkan oleh pegiat, pengguna dan komunitas desa secara mandiri tanpa anggaran terpusat, semata-mata karena manfaat yang dirasakan.
Simpeldesa disediakan sebagai produk komersial dengan biaya yang relatif tinggi. Pada tanggal 2 Maret 2023, menurut website Simpeldesa, biaya tahun pertama adalah Rp25jt dengan biaya Rp2jt setiap tahun selanjutnya. Sedangkan OpenSID bebas diambil dan digunakan tanpa birokrasi atau hambatan apapun.
Simpeldesa mengharuskan desa menggunakan server Telkom Indonesia dengan versi tunggal dan seragam bagi semua desa. Sebaliknya, desa bebas memasang OpenSID sesuai situasi desa dan juga bebas menyesuaikan/menggunakan versi, fitur maupun tampilan sesuai kebutuhan dan kesiapan desa.
Pengembangan fitur Simpeldesa sepenuhnya bergantung pada strategi, prioritas, jadwal dan anggaran Telkom Indonesia, di mana peran masukan dari pengguna desa bersifat terbatas. Sebaliknya, OpenSID secara eksplisit dikembangkan untuk memenuhi permintaan dan kebutuhan pengguna langsung, dengan rilis perbaikan dan penyempurnaan setiap bulan.
Simpeldesa terdiri dari banyak modul dengan cakupan fitur yang sangat luas. Sebagai contoh, Simpeldesa menyediakan fitur untuk mengelola donasi, donor darah, konsultasi dokter, jual beli antar petani, lowongan kerja, dstnya. Terlihat fokus dan kekuatan Simpeldesa ada pada fitur terkait e-bisnis, seperti ojek online, pembayaran pulsa/listrik/dll, grosir desa dan fitur2 pendukung Bumdes lainnya. Sebaliknya, di bidang administrasi dan layanan, fitur yang tersedia lebih terbatas, antara lain berita desa, info desa, infografis APBDes, saran/masukan warga, layanan surat dan survei desa.
Sebaliknya OpenSID fokus pada penyediaan fitur yang dibutuhkan secara praktis sehari-hari sesuai tupoksi masing-masing perangkat desa. Karena itu, OpenSID sangat kaya dengan fitur yang memang sesungguhnya bermanfaat dan digunakan oleh perangkat desa, sesuai tingkat kesiapan desa termasuk yang baru mulai sekalipun. Selain juga menerapkan fitur administrasi/layanan yang ada di Simpeldesa, fitur OpenSID lain termasuk data bantuan, pemetaan, Anjungan, daftar calon pemilih, kehadiran perangkat, inventaris, arsip desa, pengisian data DTKS, pengisian data Prodeskel, dstnya yang tidak ada di Simpeldesa. Fitur administrasi/layanan di OpenSID terus dikembangkan sesuai permintaan/kebutuhan pengguna.
Dukungan penggunaan Simpeldesa sepenuhnya melalui pelatihan dan dampingan dari Telkom Indonesia, yang sifatnya berbayar. Pada tanggal 2 Maret 2023, menurut website Simpeldesa, biaya tersebut adalah Rp15jt untuk enam bulan pertama. Sedangkan dukungan penggunaan OpenSID tersedia setiap saat 24x7x365 melalui komunitas yang besar aktif yang saling membantu secara sukarela.
Keberlanjutan Simpeldesa sepenuhnya bergantung pada kebijakan dan anggaran Telkom Indonesia, dan bisa saja dihentikan karena perubahan kebijakan atau anggaran Telkom Indonesia. Sebaliknya, selagi OpenSID masih bermanfaat bagi desa dan didukung oleh komunitas desa, maka OpenSID akan terus dikembangkan tanpa henti.
Dari pengalaman beberapa desa yang telah menerapkan Simpeldesa (umumnya karena pertimbangan proyek atau politis), mereka akhirnya menerapkan kedua-duanya:
- Simpeldesa untuk mendukung e-bisnis, terutama Bumdes
- OpenSID untuk kebutuhan pengelolaan informasi/administrasi lainnya