So - Fikaramandio/korpus-bahasa-Gayo GitHub Wiki

Kelas kata: Pronomina (kata ganti penunjuk)
Makna: Kata yang digunakan untuk menunjuk sesuatu atau seseorang yang berada jauh dari pembicara dan lawan bicara, serupa dengan "itu" atau "di sana" dalam bahasa Indonesia. Kata ini termasuk dalam kategori kata ganti penunjuk untuk orang ketiga, sering digunakan sebagai lawan dari sie (ini) untuk membedakan dua objek, orang, atau kelompok dalam konteks percakapan, dan dapat digunakan secara mandiri maupun sebagai kata sifat.

Fungsi Utama: berfungsi untuk menunjuk objek, lokasi, atau individu yang berada pada jarak tertentu dari pembicara dan pendengar, serta untuk membedakan antara dua hal yang sedang dibicarakan. Kata ini sering digunakan dalam konteks perbandingan atau kontras antara dua entitas, baik secara fisik maupun abstrak. Dalam beberapa kasus, sō dapat merujuk pada entitas yang tidak spesifik dalam sebuah kelompok besar.

Contoh:

  1. Ah, sō nge gèh Bangt' Amat.
    "Ah, itu sudah datang Bang Amat."

  2. Sō mana umahku.
    "Itu dia rumah saya."

  3. Jěma ini urum jěma sō bětsi dis rupeé. "Orang ini dan orang itu seperti mirip wajahnya"

  4. Reje ini urum reje sō sabi běrukum "Reje ini dengan raja itu selalu berselisih pendapat"

  5. Nge gere běrsianggon blah ini urum blah sō "sudah tidak saling mengundang lagi antara blah (pihak) sini dengan pihak sana"

  6. Ikundeié kujěma i wah n umah, sō pé lěgih, sie pé lěgih - ikundeie = ikune i e "Dia bertanya kepada orang-orang di rumah, yang itu pun tidak tahu, yang ini pun tidak tahu - (tidak seorang pun tahu)

Catatan Tambahan:

  • Kata sering digunakan bersamaan dengan kata lain seperti mana untuk memberikan penegasan terhadap objek atau lokasi yang dirujuk.
  • Kata sering digunakan bersamaan dengan ini atau sie untuk menciptakan kontras atau perbandingan antara dua entitas atau lebih. Hal ini menunjukkan pentingnya orientasi relasional dalam komunikasi masyarakat Gayo. Sinonim: hō. Antonim: ini (untuk menunjuk sesuatu yang lebih dekat), sie (untuk menunjuk sesuatu yang lebih spesifik atau berbeda arah). Variasi penggunaan: Dalam beberapa konteks, dapat digunakan untuk merujuk pada hal-hal yang bersifat abstrak, seperti ide, pandangan, atau kelompok yang tidak spesifik.

sering muncul setelah kata benda untuk memberikan indikasi samar tentang hubungan spasial antara objek atau lokasi tersebut dengan pembicara tanpa menunjuk secara eksplisit. yang berfungsi sebagai penanda lokasi atau relasi spasial yang tidak terlalu spesifik. Kata ini sering digunakan dalam konteks percakapan sehari-hari untuk merujuk pada tempat, benda, atau orang yang berada di luar jangkauan langsung pembicara tetapi masih relevan dalam diskusi. Penggunaannya cenderung enklitik (bergabung erat dengan kata sebelumnya) dan sering kali diterjemahkan sebagai artikel penentu (the) dalam bahasa lain.

Contoh Penggunaan :

  • Bōh kite běrutem ku bur sō "Mari kita mencari kayu bakar dibukit itu"

  • Ike maté aku lang sō, itanómenkō aku děkat měsěgit sō "Jika aku nanti meninggal, kuburkan aku di dekat masjid itu."

Konteks : Digunakan untuk merujuk pada bukit atau mesjid tertentu yang telah dipahami oleh pendengar, meskipun tidak ditunjuk secara eksplisit.

Catatan

  • Kata sering digunakan dalam kombinasi dengan kata benda untuk memberikan referensi lokal yang samar namun tetap dapat dipahami oleh pendengar. Hal ini menunjukkan pentingnya konteks dalam komunikasi bahasa Gayo.

  • Variasi penggunaan: Dalam beberapa kasus, dapat digunakan untuk merujuk pada hal-hal yang bersifat abstrak, seperti ide atau situasi yang tidak spesifik.

  • Penggunaan dengan penekanan minimal mencerminkan nilai-nilai praktis dalam komunikasi masyarakat Gayo. Kata ini sering digunakan dalam situasi di mana kejelasan penuh tidak diperlukan karena konteks sudah cukup dipahami oleh pembicara dan pendengar. Hal ini menunjukkan bagaimana bahasa menjadi alat untuk menyederhanakan komunikasi tanpa mengorbankan makna.

Dalam budaya lisan, sering muncul dalam cerita-cerita tradisional atau instruksi sehari-hari untuk merujuk pada lokasi atau objek yang telah dikenal bersama. membantu menjelaskan lokasi tanpa perlu deskripsi rinci.

Penggunaan dalam konteks seperti krō hō nge musiu ("nasi itu sudah mulai matang") juga menunjukkan bagaimana kata ini dapat digunakan untuk merujuk pada hal-hal yang sedang terjadi di luar pandangan langsung pembicara tetapi tetap relevan dalam percakapan.


Sebagai Adverbia (kata keterangan tempat)

Makna: Kata yang digunakan untuk menunjuk lokasi, arah, atau gerakan menuju suatu tempat yang jauh dari pembicara dan pendengar, serupa dengan "di sana," "ke sana," atau "dari sana" dalam bahasa Indonesia. Dalam kombinasi dengan preposisi lokal seperti i, ku, ari, atau těr/ntang, membentuk adverbia tempat yang lebih spesifik.

Fungsi Utama: berfungsi sebagai penanda lokasi atau arah yang bersifat relatif terhadap pembicara dan pendengar. Kata ini sering digunakan dalam konteks percakapan untuk menggambarkan pergerakan, posisi, atau hubungan spasial antara dua pihak. Penggunaannya dapat mencakup arah perjalanan, lokasi tertentu, atau bahkan ungkapan metaforis dalam konteks emosional atau ritual.

Contoh:

  • (I) sō ke umahé.
    "Di sana kah rumahnya."
    Konteks: Digunakan untuk menunjuk lokasi rumah seseorang yang berada jauh dari pembicara dan pendengar.

  • Maté mi kō, ku sō ara we.
    "Mati sajalah kamu, kesana supaya lebih baik"
    Konteks: Ungkapan ini digunakan dalam konteks permusuhan atau kutukan, menunjukkan bahwa pembicara tidak peduli di mana hal tersebut terjadi.

  • Ku sō ku ini
    "Ke sana ke mari"

  • Běrsibědilen ku sō ku ini "saling menembaki kesana kemari (dari kedua arah)"

  • Aku pudah a ku sō ku ini urum we "Aku dulu ke sana ke mari dengan dia (ssaling berkunjung)"

  • Ipèrahi ku sie, ipèrahi ku sō, gere mudĕmu "Mencari ke sini, mencari ke sana, tetapi tetap tidak ditemukan"

  • Ari sō gèhé "Dari sana datangnya"

  • Ari sō pé kuderet, ari ini pé kuderet "Dari sanapun keluar, dari sini pun keluar"

  • Těrini dĕné ku Nalun, těr sō děné ku Laut "lewat dini jalan ke Nalun, leawat sana jalan ke Laut"

  • I sòn pòrami "Masih lebih jauh lagi ke arah sana."

  • Ku sòn pòra mi kō nomé "kesana sedikit lagi kamu tidur

  • Isòdn umahku umahé "kesana lagi rumah ku rumahnya - rumah dia di sisi yang lebih jauh dari rumah saya"

  • Nume, i-sòdné pòra mi "Bukan, disana lagi"

  • Ike gere ipěngènkō pringku, ku sòn kō ku inén mu "Jika kamu tidak mau mendengarkan kata-kata saya, pergilah ke sana, ke ibu mu"

  • I si umahmu, i sěmělah n umah ni reje? — Ku sòdné ilòn "disebelah mana rumah mu. di sebelah rumahnya reje kah? - masih kesana lagi"

  • Nti kusòn-kusòn (atau kuhòn-kuhòn kō blōh) "Jangan terlalu jauh ke sana"

  • Isònedné jěma němé "disebelah situ orang tidur"

Catatan Tambahan:

  • Kata sering digunakan bersama preposisi lokal seperti i (di), ku (ke), ari (dari), atau těr/ntang (sepanjang) untuk memberikan deskripsi lebih rinci tentang lokasi atau arah.
  • Sinonim: (variasi penggunaan dalam dialek tertentu).
  • Antonim: ini (untuk menunjuk sesuatu yang lebih dekat).
  • Variasi penggunaan: Dalam beberapa kasus, dapat digunakan secara metaforis untuk menyampaikan ide abstrak seperti persetujuan, ketidakpedulian, atau kutukan.

Konteks Budaya:
Penggunaan dalam konteks arah atau lokasi mencerminkan pentingnya orientasi spasial dalam masyarakat Gayo. Kata ini sering digunakan dalam situasi praktis seperti memberikan arah, menjelaskan lokasi, atau mendeskripsikan pergerakan. Namun, penggunaannya juga meluas ke konteks emosional atau ritual, seperti dalam ungkapan kutukan atau persetujuan.

Dalam budaya lisan, sering muncul dalam narasi tradisional atau instruksi sehari-hari untuk merujuk pada lokasi atau arah tertentu. Misalnya, dalam konteks petunjuk arah, membantu menjelaskan lokasi tanpa perlu deskripsi rinci. Dalam konteks emosional, seperti kutukan atau permusuhan, digunakan untuk menunjukkan ketidakpedulian atau pengabaian terhadap suatu hal.

Selain itu, penggunaan dalam konteks interaksi timbal balik (ku sō ku ini) mencerminkan nilai-nilai sosial dalam masyarakat Gayo, di mana hubungan antara dua pihak sering kali bersifat dinamis dan saling mempengaruhi. Kata ini membantu menggambarkan dunia fisik dan sosial dalam masyarakat Gayo, di mana lokasi dan arah memiliki makna simbolis yang mendalam.

Penggunaan dalam konteks seperti ku sō ara we ("di sana juga boleh") juga menunjukkan bagaimana kata ini dapat digunakan untuk menyampaikan sikap emosional atau persetujuan tanpa perlu deskripsi eksplisit. Hal ini mencerminkan dinamika komunikasi yang adaptif dan kontekstual dalam budaya Gayo.


Variasi sō

isòné / sòné / iòné / òné

  • isò-né → i-sòn-é
  • sò-né → sòn-é
  • iò-né → i-òn-é
  • ò-né → òn-é

Kelas kata: Adverbia (kata keterangan tempat atau waktu)
Makna: Kata yang digunakan untuk menunjuk lokasi, situasi, atau waktu yang berhubungan dengan orang yang diajak bicara (aangesprokene), serupa dengan "di sana" atau "pada waktu itu" dalam bahasa Indonesia. Kata ini menunjuk pada sesuatu yang dekat dengan pendengar atau terkait dengan konteks yang disebutkan oleh pendengar.

Fungsi Utama:

  • Isòné / sòné / iòné / òné berfungsi sebagai penanda lokasi, situasi, atau waktu yang relevan dengan pendengar. Kata ini sering digunakan untuk merujuk pada hal-hal yang telah disebutkan, diidentifikasi, atau dipahami oleh pendengar.
  • Dalam konteks spasial, kata ini menunjuk pada lokasi fisik yang dekat dengan pendengar.
  • Dalam konteks temporal, kata ini menunjuk pada waktu yang disebutkan atau dipahami oleh pendengar.

Contoh Penggunaan:

  • (I)sòné umahé.
    "Di sana rumahnya."

  • Isén nge ara krō, i(s)òné nge ara ke.
    "Di sini sudah ada nasi [tersaji], apakah di sana sudah tersedia?"

  • Ama n Uyem ara nsèn ke i Takingen běsilō? — Ku taringen téngah a iòné nsèn ilòn
    "Apakah Ama n Uyem masih di Takingen? — Terakhir kali saya melihatnya, dia masih di sana"

  • Iòné kuparen.
    "Saya meletakkannya di sana."

  • Nge ke iòné.
    "Sudah kah disitu"

Catatan:

  • Variasi bentuk seperti isòné, sòné, iòné, dan òné berasal dari kombinasi atau dengan akhiran -né atau -dné.
  • Bentuk dengan awalan s- lebih sering digunakan untuk menunjuk hubungan lokalitas, sedangkan bentuk tanpa s- lebih sering digunakan untuk menunjuk individu atau waktu.

Konteks Budaya:
Penggunaan isòné / sòné / iòné / òné mencerminkan pentingnya orientasi relasional dalam komunikasi masyarakat Gayo. Kata ini sering digunakan untuk merujuk pada hal-hal yang relevan dengan pendengar, baik dalam konteks fisik maupun abstrak. Hal ini menunjukkan bagaimana bahasa menjadi alat untuk membangun hubungan sosial yang adaptif dan kontekstual.

Dalam budaya lisan, kata ini sering muncul dalam percakapan sehari-hari untuk memberikan petunjuk arah, menggambarkan situasi, atau merujuk pada waktu tertentu. Misalnya, dalam konteks pertanian, isòné dapat digunakan untuk merujuk pada hasil panen di wilayah pendengar. Dalam konteks ritual atau adat, kata ini dapat digunakan untuk merujuk pada lokasi atau waktu yang memiliki makna simbolis.

Selain itu, penggunaan isòné / sòné / iòné / òné dalam konteks seperti nge ke iòné ("tetap seperti itu") mencerminkan nilai-nilai kesepakatan dan kejelasan dalam interaksi sosial. Kata ini membantu menggambarkan dunia fisik dan sosial dalam masyarakat Gayo, di mana lokasi, waktu, dan hubungan interpersonal memiliki peran penting.

Penggunaan variasi bentuk seperti isòné dan iòné juga menunjukkan fleksibilitas bahasa Gayo dalam menyesuaikan diri dengan konteks komunikasi yang berbeda. Hal ini mencerminkan dinamika budaya yang adaptif dan responsif terhadap kebutuhan komunikasi sehari-hari.


òné / sòné

  • ò-né → ò-né
  • sò-né → sòn-é

Kelas kata: Adverbia (kata keterangan tempat atau waktu)
Makna: Kata yang digunakan untuk menunjuk lokasi, arah, atau waktu yang berhubungan dengan orang atau hal yang disebutkan oleh pendengar (aangesprokene), serupa dengan "di sana," "ke sana," atau "dari sana" dalam bahasa Indonesia. Kata ini menunjuk pada sesuatu yang relevan dengan konteks yang telah disebutkan atau dipahami oleh pendengar.

Fungsi Utama:

  • Òné / sòné berfungsi sebagai penanda lokasi, arah, atau waktu yang relevan dengan pendengar. Kata ini sering digunakan bersama preposisi lokal seperti ku (ke), ari (dari), atau těr (sepanjang) untuk memberikan deskripsi lebih rinci tentang pergerakan, posisi, atau hubungan spasial.
  • Dalam konteks spasial, kata ini menunjuk pada lokasi fisik yang dekat dengan pendengar atau terkait dengan konteks yang disebutkan oleh pendengar.
  • Dalam konteks temporal, kata ini menunjuk pada waktu yang disebutkan atau dipahami oleh pendengar.

Contoh:

  • Ku sòné, ku òné.
    "Ke sana, ke situ"

  • Ku Ama n Jata sō tirōkō mutang. — K' òné pe nge kutirō, gere òsahé.
    "Ke Aman Jata pinjam uang — Ke situpun sudah ku minta, tidak diberikannya"

  • Iòné iparén, ari òné iweten.
    "Di situ diletakkan, dari sana mengambilnya"

  • Těròné, ntang òné.
    "Dari situ, lewat situ"

  • K' òné ama, k' òné aku.
    "kesitu ayah, ke situ pula aku - Ke mana ayah pergi, ke sana juga saya akan pergi."