Pangan - Fikaramandio/korpus-bahasa-Gayo GitHub Wiki

PANGAN

Salabisasi: pan-gan
Kelas kata: Nomina / Verba
Makna:

  1. Nomina: Makanan, segala sesuatu yang dimakan untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
  2. Verba: Makan, aktivitas mengonsumsi makanan (biasanya dengan asumsi krō, nasi, sebagai objek utama).

Fungsi Utama: Kata pangan digunakan untuk merujuk pada konsep makanan atau aktivitas makan dalam bahasa Gayo. Dalam beberapa konteks, kata ini juga memiliki variasi bentuk seperti paan atau pan, serta turunan verba seperti mangan, maan, dan man.

Pangan

Salabisasi: pa-ngan

Kelas kata: Verba

Makna:

  1. Makan, kegiatan memasukkan makanan ke dalam mulut dan mengunyahnya.
  2. Mengonsumsi sesuatu sebagai makanan atau santapan.
  3. Digunakan dalam berbagai ekspresi yang berkaitan dengan aktivitas makan, baik dalam arti harfiah maupun kiasan.

Fungsi Utama:
Digunakan untuk menunjukkan tindakan makan baik oleh manusia, hewan, atau bahkan dalam pengertian figuratif.

Contoh Penggunaan:

  • Aku malé maan bĕsilō. : Saya mau makan sekarang

  • Kambing i mĕmaan blō. : Kambing itu makan sirih.

  • Aku nĕkik gere mêra mĕmangan. : Saya memancing, tapi ikannya tidak mau makan umpan

  • Kōrōngku gere mĕra mĕmangan naè, sakit bangé. : Kerbauku tidak mau makan lagi, mungkin dia sakit.

  • Mangan bĕrumbé: Makan bersama dalam suasana kebersamaan, terutama setelah panen atau saat hasil tangkapan ikan berlimpah.

  • Mangan ku pasir (Gayo Lues) / Mangan ku weih (Gayo Laut): Piknik atau makan bersama di tepi sungai setelah panen atau ketika ada banyak ikan.

  • Mangan pĕrsumpahan: Makan makanan yang seharusnya terlarang karena sumpah atau larangan adat.

  • Man tube atau man sĕdep: Mengonsumsi racun, baik secara sengaja maupun tidak (sering digunakan dalam arti kiasan).

  • Lujungku gere nè mĕmangan [uk]. : Pisauku sudah tumpul, tidak bisa memotong [rambut] dengan baik.)

  1. Memotong, melukai, atau menyayat dengan benda tajam.
  2. Dapat digunakan dalam arti kiasan untuk sesuatu yang melukai perasaan atau mencederai secara sosial.

Fungsi Utama:
Menunjukkan tindakan memotong atau melukai, baik secara fisik maupun figuratif.

Contoh Penggunaan:

  • Jĕma kĕbel gere (i)pan luju. : _Orang kebal tidak bisa dilukai oleh pisau

  • Gere ipan pĕkajan jĕma òya. : Tidak ada pakaian yang cocok untuknya.

  • Gere ipan akalku ngōk itós grèta api ku Gayo. Tidak masuk akal rel kereta api bisa dibangun di Gayo

Pangadni / Padni

Salabisasi: pa-ngad-ni / pad-ni

Kelas kata: Verba

Makna:

  1. Memakan sesuatu hingga habis.
  2. Menghabiskan makanan secara keseluruhan.
  3. (Dalam konteks tertentu) Menikmati atau memiliki hubungan seksual dengan seseorang.

Fungsi Utama:
Digunakan untuk menunjukkan tindakan mengonsumsi makanan hingga habis atau menikmati sesuatu secara penuh. Dalam konteks figuratif, kata ini juga digunakan dalam arti kepemilikan atau hubungan intim.

Contoh Penggunaan:

  • Ipadnié krōngku mbèh.
    (Dia sudah menghabiskan seluruh berasku.)
  • Manuk òya manga(d)ni wah n kaju.
    (Burung itu memakan buah pohon.)
  • Wah dĕlé òya nge mbèh ipadnié.
    (Semua buah itu sudah dia habiskan.)
  • Ngö ipadnié si bĕbĕru sō.
    (Dia sudah menikmati gadis itu.)
  • Aku si malé madné wah n krambil ini.
    (Saya akan memakan kelapa ini.)

Catatan Tambahan:

  • Dalam bentuk imperatif atau ancaman, kata ini dapat memiliki makna metaforis seperti Ku panganden kasékō, kĕné kule nunggern kambing (Aku akan memangsa kamu, kata harimau kepada kambing).
  • Dalam bahasa sehari-hari, penggunaan kata ini dalam arti seksual bisa dianggap tabu atau kasar tergantung konteksnya.
  • Kata ini memiliki keterkaitan dengan konsep kepemilikan dan konsumsi yang total dalam budaya Gayo.

Manganen / Madnen

Salabisasi: ma-nga-nen / mad-nen

Kelas kata: Verba

Makna:

  1. Memberi makan kepada seseorang atau sesuatu.
  2. Menyuapi atau menyediakan makanan bagi orang lain.

Fungsi Utama:
Digunakan untuk menunjukkan tindakan memberi makan kepada seseorang, hewan, atau makhluk lain.

Contoh Penggunaan:

  • Manganenkō pé anakku ini.
    (Tolong beri makan anakku ini.)
  • Imanganen (imadnen) kō pé ngimu 'ni ku lĕpō sō.
    (Tolong suapi adikmu di dalam rumah itu.)

Catatan Tambahan:

  • Kata ini lebih banyak digunakan dalam konteks sehari-hari, terutama dalam keluarga dan interaksi sosial.

  • Dalam budaya Gayo, memberi makan seseorang bisa menjadi bentuk kasih sayang dan penghormatan.

  • Manganen digunakan untuk manusia, sedangkan untuk hewan atau ternak biasanya menggunakan bentuk lain seperti Pĕmanganen / Pĕmadnen / Pĕman (membiarkan ternak makan sendiri).

  • Pĕtipanganen / Pĕtipadnen digunakan ketika seseorang meminta pihak ketiga untuk memberi makan sesuatu kepada orang lain atau hewan.

    • Gulé manè ipĕtipadné ku kucing. (Daging kemarin sudah dia kasihkan ke kucing.)

    Tĕrpan

Salabisasi: tĕr-pan

Kelas kata: Verba

Makna:

  1. Secara tidak sengaja atau karena kelalaian memakan sesuatu yang terlarang.
  2. Terkena akibat dari sumpah atau kutukan sendiri.
  3. Terbiasa atau menjadi kecanduan sesuatu setelah mencobanya.

Fungsi Utama:
Kata ini digunakan untuk menggambarkan seseorang yang mengalami akibat dari tindakan tidak sengaja, seperti memakan sesuatu yang terlarang atau melanggar sumpah. Dalam beberapa konteks, juga menggambarkan kecanduan atau keterikatan terhadap sesuatu setelah mencobanya.

Contoh Penggunaan:

  • Aku tĕrpan pĕrsumpahan.
    (Saya tanpa sengaja telah memakan makanan terlarang oleh para leluhur.)
  • Aku tĕrpan sumpahku.
    (Saya terkena akibat sumpah saya sendiri.)
  • Sami nge maté sebep tĕrpan si kótèk.
    (Sami meninggal karena memakan racun.)
  • Kōrō ini nge tĕpan poa.
    (Kerbau ini jadi ketagihan garam.)
  • Krō ini gere tĕrpan aku, matah pĕdih.
    (Saya tidak bisa makan nasi ini, masih terlalu mentah.)
  • Gere tĕrpadni aku krō ini bédné, dĕlétu.
    (Saya tidak bisa menghabiskan semua nasi ini, terlalu banyak.)

Catatan Tambahan:

  • Tĕrpan sumpah merujuk pada konsekuensi dari kutukan atau janji yang seseorang ucapkan sendiri.
  • Tĕrpan si kótèk dapat digunakan dalam konteks seseorang tanpa sengaja menelan sesuatu yang beracun atau najis.
  • Dalam budaya Gayo, keyakinan terhadap sumpah dan kutukan leluhur sangat kuat, sehingga kata Tĕrpan memiliki makna mendalam dalam kehidupan sosial dan adat.

Bĕrpangan

Salabisasi: bĕr-pa-ngan

Kelas kata: Verba

Makna:

  1. Sudah dimakan, telah disantap.
  2. Digunakan dalam konteks perbedaan metode pengobatan, antara yang dioleskan dan yang dikonsumsi.

Fungsi Utama:
Kata ini digunakan untuk menunjukkan bahwa sesuatu telah dimakan atau dikonsumsi. Dalam pengobatan tradisional, kata ini membedakan antara obat yang harus dioleskan dan yang harus ditelan.

Contoh Penggunaan:

  • Wak ara si bĕrsapu, ara si bĕrpangan.
    (Ada obat yang dioleskan, ada obat yang dimakan.)

Catatan Tambahan:

  • Digunakan lebih sering dalam konteks makanan dan obat-obatan.
  • Kata ini memiliki bentuk pasif, menandakan bahwa sesuatu telah dimakan.

Bĕrmanganen / Bĕrmadnen

Salabisasi: bĕr-ma-nga-nen / bĕr-mad-nen

Kelas kata: Verba

Makna:

  1. Makan bersama-sama, menikmati makanan dalam kelompok.
  2. Biasanya merujuk pada makan nasi atau makanan pokok lain secara bersama-sama.

Fungsi Utama:
Kata ini digunakan untuk menggambarkan aktivitas makan bersama, baik dalam keluarga maupun dalam acara adat dan sosial.

Contoh Penggunaan:

  • Kami bĕrmanganen di rumah reje.
    (Kami makan bersama di rumah pemimpin.)

Catatan Tambahan:

  • Kata ini menekankan kebersamaan dalam makan, sering digunakan dalam acara keluarga atau komunitas.

Bĕrsipangadnen / Bĕrsipadnen

Salabisasi: bĕr-si-pa-nga-dnen / bĕr-si-pad-nen

Kelas kata: Verba

Makna:

  1. Saling memakan satu sama lain (dalam arti literal dan figuratif).
  2. Dalam konteks budaya tertentu, berarti saling berhubungan intim atau bersentuhan secara fisik.
  3. Juga bisa berarti saling menawarkan sesuatu, seperti sirih dalam budaya adat.

Fungsi Utama:
Kata ini digunakan dalam berbagai konteks, baik dalam makna harfiah (saling memakan) maupun figuratif (saling berinteraksi secara intim atau menawarkan sesuatu satu sama lain).

Contoh Penggunaan:

  • Urang Pĕpak ara si bĕrsipadnen sabi dirié.
    (Di antara orang Batak Pĕpak, ada yang saling memakan.)
  • Bĕrsipadnen mangas blō = bĕrsiangasen.
    (Saling menawarkan sirih.)
  • Blah tue urum blah mude bĕrsipadnen bĕsilō.
    (Sekarang, para pemuda dari blah tue berpacaran dengan gadis dari blah mude, dan sebaliknya.)

Catatan Tambahan:

  • Dalam konteks sosial, kata ini dapat berarti hubungan yang lebih dekat antara dua orang atau kelompok.
  • Dalam adat, menawarkan sirih adalah bentuk interaksi sosial yang penting.
  • Dalam sejarah, ada kepercayaan dan mitos tertentu terkait dengan istilah ini dalam beberapa kelompok etnis.

Pupĕpangan

Salabisasi: pu-pĕ-pa-ngan

Kelas kata: Verba

Makna:

  1. Sudah makan tetapi hanya sedikit-sedikit, seperti mengunyah tanpa nafsu makan.
  2. Mengunyah makanan secara perlahan-lahan, biasanya dilakukan oleh orang tua.

Fungsi Utama:
Menunjukkan cara makan yang tidak aktif atau tidak lahap, lebih kepada mengunyah tanpa benar-benar ingin makan.

Pĕrpangan

Salabisasi: pĕr-pa-ngan

Kelas kata: Nomina

Makna:

  1. Orang yang suka makan dalam jumlah besar, rakus.
  2. Bisa juga memiliki konotasi negatif sebagai pelahap atau banyak makan.

Fungsi Utama:
Menunjukkan seseorang yang memiliki kebiasaan makan dalam jumlah besar, baik karena nafsu makan yang besar maupun karena keserakahan.

Pĕmangan(en) / Pĕma(a)n / Pĕmadnen

Salabisasi: pĕ-ma-ngan / pĕ-ma-an / pĕ-mad-nen

Kelas kata: Nomina

Makna:

  1. Makanan yang tersisa dari sebelumnya.
  2. Tempat penggembalaan ternak, khususnya untuk kerbau atau sapi.

Fungsi Utama:
Menunjukkan sisa makanan atau area yang menjadi tempat makan hewan ternak.

Contoh Penggunaan:

  • Ini pĕmanku manè.
    (Ini adalah sisa makanan saya dari kemarin.)
  • Ini blang pĕman ni kōrōngku.
    (Ini adalah padang rumput untuk kerbau saya.)

Pĕna(a)n

Salabisasi: pĕ-na-an

Kelas kata: Nomina

Makna:

  1. Makanan secara umum.
  2. Khusus merujuk pada makanan ringan, camilan, atau hidangan manis seperti kue dan buah-buahan.
  3. Dalam konteks adat, bisa berarti upeti atau pajak yang harus diberikan kepada pemimpin (reje).

Fungsi Utama:
Mengacu pada makanan yang bisa dinikmati, termasuk camilan dan makanan khas. Bisa juga berarti pajak adat yang diberikan kepada reje.

Contoh Penggunaan:

  • Pĕna(a)n edet wajib iber ku reje.
    (Pajak adat harus diberikan kepada pemimpin.)

Pa(a)nan

Salabisasi: pa-a-nan

Kelas kata: Nomina

Makna:

  1. Wadah atau tempat untuk makan, seperti piring, mangkuk, atau daun yang digunakan sebagai alas makanan.
  2. Dalam konteks adat, menunjukkan peralatan makan yang digunakan dalam upacara tertentu.

Fungsi Utama:
Menunjukkan peralatan atau wadah makan, baik yang digunakan sehari-hari maupun dalam adat istiadat.

Contoh Penggunaan:

  • Ini pinggen paananku.
    (Ini adalah piring makan saya.)

  • Tĕmuluk masa iluahi sara paanan urum reje maan upahé mpat mas.
    (Seorang budak yang dibebaskan harus makan bersama reje dari satu piring, dan reje menerima pembayaran sebesar 4 mas.)

Pĕpadnan ni edet

Salabisasi: pĕ-pad-nan ni e-det

Kelas kata: Nomina

Makna:

  1. Pajak atau upeti adat yang diberikan kepada pemimpin atau reje dalam berbagai kesempatan.
  2. Sering dikaitkan dengan upah atau persembahan yang harus dibayarkan dalam sistem adat.

Fungsi Utama:
Menunjukkan sistem kewajiban sosial dalam bentuk pajak atau persembahan dalam masyarakat tradisional Gayo.

Kesimpulan Umum tentang Pangan dan Variasi Penggunaan dalam Bahasa Gayo

Kata pangan dan turunannya (paan, pan, mangan, maan, dll.) memiliki makna yang sangat luas, mencakup konsep makanan, aktivitas makan, serta perluasan ke konteks budaya, spiritual, dan sosial dalam masyarakat Gayo. Berikut adalah kesimpulan utama berdasarkan analisis tulisan:

1. Makna Dasar

  • Pangan/Paan/Pan: Kata ini merujuk pada makanan secara umum, terutama nasi (krō) sebagai makanan pokok.
  • Mangan/Maan/Man: Digunakan untuk menyebut aktivitas makan oleh manusia, sementara mĕmangan/mĕmaan digunakan untuk hewan atau benda.

2. Variasi Penggunaan

A. Aktivitas Makan

  • Aktivitas makan (mangan/maan) sering diasosiasikan dengan konsumsi nasi (krō) sebagai objek utama.
  • Contoh: Aku malé maan bĕsilō (Saya akan makan sekarang).

B. Konotasi Budaya

  • Ritual dan Piknik: Istilah seperti mangan ku pasir (Gayo Lues) atau mangan ku weih (Gayo Laut) merujuk pada kegiatan piknik di tepi sungai setelah panen padi atau saat hasil alam melimpah. Ini mencerminkan rasa syukur dan harmonisasi dengan alam.
  • Larangan Adat: Frasa seperti mangan pĕrsumpahan menunjukkan pelanggaran larangan adat, misalnya memakan makanan yang dilarang oleh nenek moyang.

C. Metafora dan Simbolisme

  • Ketidakmampuan: Kata ipan sering digunakan untuk menyatakan ketidakmampuan, baik fisik (misalnya, alat yang tidak berfungsi) maupun metaforis (misalnya, ketidakpercayaan terhadap sesuatu).
    • Contoh: Görö ipan akalku ngōk itós grèta api ku Gayo (Saya tidak percaya rel kereta api bisa dibangun hingga ke tanah Gayo).

D. Konteks Sosial dan Spiritual

  • Pemberian Makan: Frasa seperti pĕtipanganen atau pĕtipadnen menunjukkan tindakan memberi makan kepada orang lain atau hewan, mencerminkan nilai gotong royong dan tanggung jawab sosial.
  • Kutukan atau Ancaman: Ungkapan seperti ike k' uten pan kule mi kō (semoga kamu dimakan harimau jika ke hutan) mencerminkan nilai moral dan ancaman sosial dalam masyarakat tradisional.

E. Kondisi Fisik atau Emosional

  • Kegagalan atau Penyakit: Frasa seperti kōrōngku gere mĕra mĕmangan naè (kerbau saya tidak mau makan lagi, mungkin sakit) menunjukkan hubungan antara kondisi fisik dan perilaku makan.
  • Tidak Cocok: Ungkapan seperti gere ipan pĕkajan jĕma òya (tidak ada pakaian yang cocok untuknya) menggambarkan ketidaksesuaian atau ketidaknyamanan.

3. Peran dalam Budaya Gayo

  • Nilai Adat dan Spiritual: Konsep pangan mencerminkan pentingnya makanan dalam ritual adat, hubungan dengan leluhur, dan kehidupan sehari-hari. Misalnya, larangan makanan (pĕrsumpahan) menunjukkan penghormatan terhadap tradisi dan spiritualitas.
  • Harmoni dengan Alam: Kegiatan seperti mangan ku weih menunjukkan bagaimana masyarakat Gayo menjaga hubungan harmonis dengan alam melalui perayaan hasil bumi.
  • Gotong Royong dan Tanggung Jawab: Aktivitas seperti pĕtipanganen (memberi makan) mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dan tanggung jawab sosial.

4. Konteks Linguistik

  • Turunan Kata: Kata dasar pangan memiliki banyak turunan, seperti mangan, maan, mĕmangan, pĕtipanganen, dan lainnya, yang menunjukkan fleksibilitas bahasa Gayo dalam menyampaikan makna spesifik.

Kesimpulan Akhir

Kata pangan dan turunannya adalah salah satu kosakata paling kaya makna dalam bahasa Gayo, mencakup aspek linguistik, budaya, dan sosial. Penggunaannya mencerminkan nilai-nilai masyarakat Gayo, seperti pentingnya makanan dalam kehidupan sehari-hari, harmoni dengan alam, penghormatan terhadap adat, dan nilai-nilai spiritual.