Gajah - Fikaramandio/korpus-bahasa-Gayo GitHub Wiki

GAJAH

Salabisasi: GA-JAH
Kelas kata: Nomina

Makna:

  1. Nomina: Gajah, hewan besar yang sering dianggap sebagai simbol kekuatan dan kebijaksanaan dalam masyarakat Gayo.
  2. Metafora: Digunakan secara simbolis untuk menggambarkan ukuran, kekuatan, atau tahap pertumbuhan tertentu, seperti dalam frasa tĕngah mulu-gajah (sirih yang belum tumbuh sepenuhnya).
  3. Eufemisme: Dalam situasi tertentu, kata gajah diganti dengan istilah alternatif seperti mpu n uten, mpu n tempat, pĕngulu n uten, atau pĕngulu n tĕmpat untuk menghindari penggunaan langsung nama hewan tersebut.

Fungsi Utama:
Kata ini digunakan untuk menyebut gajah serta fenomena terkait dalam mitologi, geografi, dan kehidupan sehari-hari masyarakat Gayo. Selain itu, kata ini juga digunakan secara metaforis untuk menggambarkan kondisi alam atau dalam konteks geografis seperti nama gunung atau pemukiman.

Contoh Penggunaan:

  • Tĕngah mulu-gajah blōngku : Sirih saya belum tumbuh sepenuhnya (masih setengah tinggi).

  • Bur ni Gajah : Nama sebuah gunung di Gayo Lues.

  • Brawang Gajah: Nama sebuah pemukiman di Laut.

  • Kun(d)yur pĕgajah: Sejenis tombak khusus yang digunakan untuk berburu gajah.

  • Gajah bugem: Jenis gajah besar.

  • Gajah kèng: Jenis gajah soliter.

  • Sinonim: Dalam konteks umum, sinonimnya adalah elephant, binatang besar, atau makhluk raksasa. Dalam konteks metaforis, sinonimnya adalah belum dewasa (untuk tĕngah mulu-gajah).

  • Antonim: Kata ini berlawanan dengan istilah seperti kecil, muda, atau belum berkembang dalam konteks ukuran atau pertumbuhan.

  • Konteks Budaya:

    1. Mitologi dan Kepercayaan:
      • Gajah sering kali dianggap sebagai simbol kekuatan, kebijaksanaan, dan perlindungan dalam budaya lokal.
      • Dalam beberapa cerita rakyat, gajah dikaitkan dengan kekuatan alam atau makhluk mistis yang melindungi wilayah tertentu.
    2. Nilai Lokal:
      • Penggunaan eufemisme seperti mpu n uten mencerminkan nilai-nilai kehati-hatian dan penghormatan terhadap alam serta makhluk hidup.
      • Gajah juga menjadi inspirasi dalam penamaan geografis, seperti nama gunung (Bur ni Gajah) atau pemukiman (Brawang Gajah).
    3. Perburuan Tradisional:
      • Alat seperti kun(d)yur pĕgajah mencerminkan praktik perburuan tradisional yang dilakukan oleh masyarakat Gayo, meskipun aktivitas ini mungkin sudah jarang ditemui saat ini.
  • Variasi Dialek:

    • Frasa seperti Bur Mugajah menunjukkan variasi dalam penamaan geografis yang terkait dengan gajah.
    • Istilah alternatif seperti pĕngulu n uten lebih umum digunakan dalam konteks eufemisme untuk menghindari penyebutan langsung nama gajah.