E - Fikaramandio/korpus-bahasa-Gayo GitHub Wiki

É

1

  • Salabisasi: é

  • Kelas kata: afiks pronominal

  • Makna: Penunjuk kepemilikan atau keikutsertaan subjek/objek pada orang ketiga tunggal atau jamak (dia, mereka).

    • Jika digunakan setelah kata yang berakhir dengan bunyi é, dalam beberapa dialek seperti Gayo Laut, bentuknya bisa menjadi , sedangkan dalam dialek Gayo Lues sering menjadi a.
  • Fungsi Utama:

    1. Sebagai kata sambung kepemilikan pada orang ketiga: ditambahkan di belakang kata benda (substantif) untuk menyatakan milik dia atau mereka.
      • Contoh: anaké = anaknya; mòkòté = lamanya.
    2. Menunjukkan subjek pada bentuk kerja pasif (konstruksi pasif dengan awalan i-):
      • Contoh: ïkĕrjedné = ia menikahkan/dia kawinkan.
    3. Menunjukkan objek langsung pada bentuk transitif aktif atau bentuk tidak berubah dari verba:
      • Contoh: aku simĕ-mĕnge é = saya mendengarnya.
  • Contoh Penggunaan:

    1. Allah jĕrōhé bei ni anak mè a! : Allah, betapa baiknya suami(pengantin pria) anakmu!
    2. Anaké Aman Uyem nge ikĕrjedné : Aman Uyem telah menikahkan anaknya.
    3. Ara é rĕta é ari lapé ni sine : Kekayaannya ia dapatkan dari karena lapar dulu.
    4. Italu é anaké : Ia memanggil anaknya.
    5. Aku simĕ-mĕnge é manè : Saya mendengarnya kemarin.
  • Catatan Tambahan:

    • Dalam konteks tertentu, é bisa menjadi penanda genitif secara umum, mirip dengan -nya dalam bahasa Indonesia.
    • Pada dialek Gayo Laut, digunakan atau a, sedangkan dalam Gayo Lues, lebih sering menggunakan a.
      • Contoh: até é (Gayo Laut) ~ atéa (Gayo Lues) = hatinya.
    • Digunakan dalam struktur formal maupun lisan sehari-hari dan sangat produktif dalam pembentukan kalimat pasif dan kepemilikan dalam bahasa Gayo.
    • Variasi penggunaan mencerminkan perbedaan dialek dan gaya bicara cepat dalam komunitas penutur asli.

2

  • Salabisasi: é

  • Kelas kata: Afiks fonetik / bantuan fonologis

  • Makna: Pengganti bentuk dalam ujaran cepat, terutama setelah bunyi h atau n.

  • Fungsi Utama:

    • Dipakai dalam ujaran spontan atau cepat sebagai pengganti , tanpa mengubah makna utama.
  • Contoh Penggunaan:

    1. Blōh é = blōh wé : Pergi dia/pergi mereka.
    2. Gèhé = gèh wé : Datang atau sedang datang.
    3. Kukĕrjedné = ku kĕrjen wé : Saya sudah menikahkannya.
  • Catatan Tambahan:

    • Penggunaan é sebagai pengganti biasanya terjadi dalam percakapan informal dan ujaran cepat.
    • Fungsi ini bersifat fonetik-pragmatis, bukan gramatikal murni.

3

  • Salabisasi: é

  • Kelas kata: Interjeksi

  • Makna: Seruan atau panggilan singkat, semacam "hé!", "eh!"

  • Fungsi Utama:

    • Untuk menarik perhatian lawan bicara.
    • Memberikan nuansa emosi seperti heran, marah, atau penegasan.
  • Contoh Penggunaan:

    1. É kusi malé kō! : Hé, mau kemana kamu?
  • Catatan Tambahan:

    • Bentuk ini umum dalam percakapan sehari-hari dan dialog langsung.
    • Bisa memiliki variasi intonasi tergantung konteks sosial dan emosional.
    • Dalam budaya Gayo, interjeksi ini bisa digunakan untuk menyapa dengan santai, tetapi juga bisa bernada kasar jika disertai intonasi tinggi atau nada marah.

4

  1. Kelas kata: Interjeksi (Kata Seru)

  2. Makna: Ekspresi untuk memberikan dorongan atau dukungan kepada seseorang yang sedang bercerita, sering diucapkan berulang kali ("e!... e!...") selama jeda pendek atau akhir kalimat dalam cerita.

  3. Fungsi Utama:

    • Memberikan semangat kepada narator selama proses bercerita.
    • Menunjukkan perhatian dan antusiasme dari pendengar terhadap cerita yang disampaikan.
  4. Contoh Penggunaan:

    • Cube ibōh kō kĕkeberen, aku si mĕneié → "Coba ceritakan sebuah kisah saya yang akan mengiyakannya 'e!... e!'...."
    • Mĕnĕ'ei digunakan secara bergantian oleh pendengar untuk mendukung narator.
  5. Catatan Tambahan:

    • Konteks budaya: Tradisi ini mencerminkan interaksi sosial dalam masyarakat Gayo, di mana cerita rakyat atau wejangan sering disampaikan secara lisan. Pendengar memiliki peran aktif dalam mendukung narator dengan ekspresi seperti mĕnei.
    • Aturan penggunaan: Hanya satu orang yang bertugas mengucapkan mĕnei pada satu waktu, meskipun pendengar lain dapat bergantian (bĕrgègantén) jika disepakati sebelumnya.

5

  1. Kelas kata: Interjeksi (Kata Seru)
  2. Makna: Ekspresi persetujuan atau konfirmasi, setara dengan "ya!" dalam bahasa Indonesia.
  3. Fungsi Utama:
    • Menyatakan persetujuan terhadap suatu pernyataan.
    • Digunakan sebagai respons positif dalam percakapan.
  4. Contoh Penggunaan:
    • e! → "Ya!"
  5. Catatan Tambahan:
    • Variasi penggunaan: Dalam konteks mendengarkan cerita, e jarang digunakan dibandingkan mĕnei, karena mĕnei lebih spesifik untuk mendukung narator.
    • Konteks budaya: Ekspresi ini menunjukkan nilai kesepakatan dan kebersamaan dalam komunikasi verbal masyarakat Gayo.

Kata "ei (mĕnei/mĕnĕ'ei)" dan "e" adalah dua bentuk interjeksi dalam bahasa Gayo yang memiliki fungsi berbeda namun saling melengkapi dalam komunikasi verbal. "Ei (mĕnei/mĕnĕ'ei)" digunakan untuk mendukung narator dalam tradisi bercerita, sementara "e" digunakan untuk menyatakan persetujuan atau konfirmasi dalam percakapan sehari-hari. Keduanya mencerminkan nilai-nilai sosial dan budaya masyarakat Gayo, seperti kebersamaan, antusiasme, dan kesepakatan.

6

e sebagai "kata tunjuk yang terikat" atau "kata tunjuk enclitic".

Penjelasan:

  • Enclitic merujuk pada kata atau partikel yang tidak dapat berdiri sendiri dan selalu terikat pada kata sebelumnya, biasanya dalam bentuk singkat.
  • Demonstratif merujuk pada kata tunjuk, seperti "ini" (untuk objek dekat) atau "itu" (untuk objek jauh).