Beru - Fikaramandio/korpus-bahasa-Gayo GitHub Wiki

BĔRU

  • Salabisasi: bĕ-ru
  • Kelas Kata: Adjektiva / Nomina (tergantung konteks)

Makna Utama:

  1. Adjektiva: Perawan, belum menikah
    • Digunakan untuk menggambarkan seorang wanita muda yang belum menikah.
  2. Nomina: Gadis dewasa atau calon pengantin perempuan
    • Dalam konteks adat dan ritual perkawinan, bisa merujuk pada status sosial atau peran tertentu.

Fungsi Utama:

  1. Menyatakan status keperawanan seseorang (umumnya wanita).
  2. Menunjukkan kematangan usia untuk menikah.
  3. Digunakan dalam bentuk turunan untuk menyatakan tindakan terkait pernikahan atau prosesi adat (mbah bĕru, neik bĕru).

Contoh Kalimat:

  • Anakku nge bĕru. : Anakku sudah mulai dewasa.

  • Kĕkabur sine aku mudĕmu urum si bĕbĕru sara paké. : Pagi tadi saya bertemu seorang gadis dewasa.

  • Òya anak-bĕrungku atau òya anakku si bĕru: Itu anak perempuan saya.

  1. _Sat n ini kuèngòn ara si bĕbĕru gèh ku ini sara pakéAnak n sa óya?.: Barusan tadi saya melihat seorang gadis datang ke sini, anak siapa itu?
  2. Si bĕbĕru bédné blōh nòmbang ku Lukup. : Semua gadis pergi ke Lukup untuk menanam padi.

Variasi Usia:

  • bĕru sĕdang – Gadis yang baru saja dewasa (sekitar 8–14 tahun), masa transisi awal kematangan.
  • bĕru kōl – Gadis yang benar-benar siap menikah (15–25 tahun), matang secara fisik dan sosial.
  • bĕru tue – Gadis yang sudah terlalu tua untuk menikah (>25 tahun), memiliki konotasi negatif atau stigma ringan dalam masyarakat tradisional.

Turunan & Frasa Terkait:

Kata Makna
bĕru ayu Pengantin perempuan atau istri muda
si bĕbĕru Gadis dewasa, perawan
mĕmbĕrōn Menikahkan anak perempuan
pĕtibĕrōn / tĕbĕrōn Menikahkan secara rahasia atau sebagai pembayaran utang

Catatan Budaya:

  • Dalam masyarakat Gayo tradisional, bĕru adalah status penting dalam sistem sosial dan adat.
  • Status bĕru kōl (15–25 tahun) merupakan waktu ideal untuk dinikahkan.
  • Istilah bĕru tue dapat membawa stigma karena dianggap tidak memenuhi norma sosial tentang usia pernikahan.
  • Dalam ritual perkawinan, frasa seperti mbah bĕru dan neik bĕru digunakan untuk menggambarkan proses fisik dan simbolis membawa pengantin perempuan ke rumah suaminya.
  • Pĕtibĕrōn atau tĕbĕrōn sering kali dilakukan secara diam-diam dan bisa berkaitan dengan pelunasan utang keluarga atau tekanan sosial.