Home - Fikaramandio/korpus-bahasa-Gayo GitHub Wiki
KAMUS GAYO-BELANDA dengan Register Belanda - Gayo oleh Dr. G.A.J. HAZEU, diterbitkan atas perintah kantor percetakan negara Batavia - 1907
Pengantar Redaksi
ini adalah terjemahan kamus Gayo - Belanda yang disusun oleh Hazeu dan diterbitkan tahun 1907, terjeman ini belum sepenuhnya mengikuti standar EYD (Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan). Beberapa kata saat ini sudah sangat jarang atau sama sekali tidak pernah digunakan lagi (punah). Ada pula kata yang telah berubah dari aslinya, seperti 'bedne' saat ini hampir tidak pernah lagi terdengar kecuali beberapa orang tua yang telah berusia diatas 70 tahun yang masih menggunakan (terdengar) menyebut kata tersebut yang berarti "semua" saat ini kata bedne lebih lazim terdengar dengan "bewen e" atau "bewene". Dalam penerjemahan kamus ini ada kemungkinan akan digunakan keduanya, kata Gayo zaman dahulu dan yang lazim digunakan sekarang dengan maksud jika ada yang melakukan penelitian atau penelusuran dokumen tetap dapat digunakan, meski sebagian besar akan dilakukan penyesuaian penulisan dengan EYD agar dapat dipelajri lebih lanjut dan dapat difahami oleh generasi yang lebih baru. sebagian terjemhan akan saya tambahkan komentar, jika menurut saya itu diperlukan. jika komentar yang saya berikan menimbulkan paradoks silahkan rujuk tulisan asli dari kamus ini. Kamus ini juga saya maksudkan sebagai salah satu sumber untuk kelengkapan korpus bahasa Gayo.
Seluruh atau sebagian isi kamus ini dapat dimanfaatkan oleh siapa saja dengan atau tanpa izin dari saya, terutama untuk tujuan ilmiah dan penelitian yang berhubungan dengan Gayo.
Semoga Bermanfaat : Zulfikar Ahmad - Aman Dio
Catatan :
- Tidak semua kata dapat difahami, sejauh ini (25/03/2025) untuk kata Bu dan Blu belum dimasukan, saat ini saya tidak pernah mendengar kata tersebut digunakan dalam bahasa Gayo.
Kata Pengantar - Hazeu
Orang-orang Gayo, tanah mereka, dan bahasa mereka hampir tidak diperhatikan sampai beberapa waktu yang lalu: sedikit sekali yang diketahui tentang tanah mereka, dan informasi itu masih sangat tidak dapat diandalkan; bahasa mereka benar-benar tidak dikenal. Namun, pada tahun-tahun pertama abad ini, tiba-tiba terjadi perubahan dalam keadaan tersebut, dan ini terutama disebabkan oleh inisiatif serta kerja keras perintis dari Dr. Snouck Hurgronje.
Sekitar tujuh tahun yang lalu, seorang cendekiawan (Dr. Snouck Hurgronje) bertemu dengan seorang Gayo yang sangat cerdas dan fasih berbahasa Aceh di Peureumeuë (Boven-Meulaböh), yang akan disebutkan namanya nanti, yaitu Nyak Puteh. Dari pemuda ini, dia mempelajari bahasa Gayo, dan dengan begitu terbuka kemungkinan untuk berkomunikasi juga dengan orang-orang Gayo lainnya, yang tidak begitu mudah menyampaikan diri mereka dalam bahasa Aceh. Setiap kesempatan digunakan untuk mewawancarai orang-orang Gayo yang tinggal di wilayah pesisir Aceh, dan hasilnya adalah kumpulan data geografis, etnografis, serta linguistik yang berkembang pesat mengenai tanah Gayo, yang selama bertahun-tahun terabaikan.
Pada tahun 1902, muncul di dalam "Notulen" (Catatan) dari Bataviaasch Genootschap sebuah daftar inventaris yang disusun oleh Dr. Snouck Hurgronje berjudul "Inventaris van voorwerpen, verzameld in de Gajolanden gedurende de excursie onder Majoor VAN DAALEN in 1901" (Inventaris barang-barang yang dikumpulkan di tanah Gayo selama ekspedisi di bawah Mayor Van Daalen pada tahun 1901). Daftar ini memuat sejumlah nama benda-benda keperluan sehari-hari dalam bahasa Gayo, istilah teknis, dan lain-lain. Pada tahun 1903, dokumen tersebut diikuti oleh catatan tambahan dari Snouck Hurgronje berjudul "Aanteekeningen bij de lijst van voorwerpen uit de Gajolanden, bijeengebracht door den Officier van Gezondheid L.H. Lebbe" (Catatan atas daftar barang-barang dari tanah Gayo, yang dikumpulkan oleh Pejabat Kesehatan L.H. Lebbe), yang juga diterbitkan di Notulen Bataviaasch Genootschap. Dari sudut pandang linguistik murni, kontribusi penting Dr. Snouck Hurgronje adalah artikelnya dalam "Kern-Album" (1903) dengan judul "De blauwe Prinses in het Gajomeer" (Putri Biru di Danau Gayo). Di dalam artikel ini untuk pertama kalinya sebuah teks proza dalam bahasa Gayo, berjudul "Këköbörön ni Pëtëri Idjö", diterbitkan. Teks tersebut dilengkapi dengan terjemahan dalam bahasa Belanda serta penjelasan mendalam berupa kumpulan catatan gramatikal dan leksikografis yang sangat berharga.
Pada tahun yang sama, 1903, setelah karya etnografi "Het Gajoland en zijne bewoners" (Tanah Gayo dan Penduduknya) diterbitkan — yang juga memuat banyak materi leksikografis — muncul keinginan agar data linguistik yang telah dikumpulkan sebelumnya dapat diperluas dan disusun secara sistematis. Tujuannya adalah untuk membuat bahasa Gayo dapat diakses oleh orang lain. Pada saat itu, kesempatan untuk melakukannya sangatlah baik karena dua orang Gayo, yakni Nyak Puteh dan Aman-Ratus (keduanya disebutkan dan digambarkan dalam buku "Het Gayoland en zijne bewoners") sedang berada di Batavia. Keduanya telah dilatih oleh Dr. Snouck Hurgronje, lebih atau kurang, untuk memberikan informasi mengenai bahasa mereka.
Atas saran dari Dr. Snouck Hurgronje, saya mengambil tanggung jawab untuk menyusun sebuah Kamus Gayo-Belanda dengan bantuan orang-orang Gayo tersebut. Selain menggunakan sumber daya langsung dari mereka, saya juga diberi akses terhadap sejumlah naskah yang berisi beberapa cerita (disebut kekeberen) yang telah dicatat oleh cendekiawan tersebut langsung dari mulut berbagai orang Gayo. Tentu saja, data-data yang sudah diterbitkan sebelumnya juga dimanfaatkan secara maksimal sebagai referensi awal.
Sudah pasti, sebuah kamus yang disusun dengan cara seperti ini, jauh dari wilayah tempat bahasa tersebut digunakan, tidak akan bisa mengklaim diri sebagai karya yang lengkap, dan dalam berbagai aspek mungkin masih memiliki kekurangan. Namun, upaya telah dilakukan untuk membuat materi yang terkumpul sepraktis mungkin agar dapat digunakan secara langsung. Dengan tujuan itu, penggunaan sebagian besar kata dasar dan turunan yang diberikan dijelaskan melalui contoh kalimat pendek, yang juga memberikan gambaran tentang idiom dalam bahasa tersebut. Contoh-contoh tersebut, sebagian besar diambil dari para pembantu Gayo saya, memungkinkan kita melihat lebih dalam kehidupan intim orang-orang Gayo, cara hidup mereka, serta suasana di mana pikiran dan perasaan mereka bergerak.
Dari apa yang telah disampaikan, jelas bahwa Dr. Snouck Hurgronje adalah orang yang, melalui kegiatan-kegiatannya sebelumnya, telah mempersiapkan dan membuat penyusunan Kamus Gayo-Belanda ini menjadi mungkin. Namun, ia juga terlibat aktif dalam proses penyusunan kamus itu sendiri, dengan memberikan berbagai saran dan dukungan yang sangat berharga selama proses pengerjaan. Terakhir, perlu dicatat bahwa setelah naskah kamus selesai, Dr. Snouck Hurgronje meluangkan waktu untuk membaca seluruh manuskrip secara teliti. Dalam proses tersebut, banyak perbaikan dilakukan dan tidak sedikit kekosongan atau kekurangan yang berhasil diisi.
Merupakan suatu kebutuhan bagi saya untuk menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam dan penghargaan yang tulus kepada Dr. Snouck Hurgronje atas semua yang telah ia lakukan. Namun, saya juga tidak bisa menahan diri untuk tidak menyampaikan sepatah kata penghargaan kepada kedua pembantu saya dari Gayo, Nyak Puteh dan Aman-Ratus, atas kesabaran mereka yang tak terbatas—yang sering diuji dengan berbagai tantangan—dalam memberikan informasi hari demi hari kepada penyusun mengenai seluk-beluk bahasa mereka. Tugas ini juga membutuhkan pemikiran mendalam dan ketelitian dari pihak mereka. Minat mereka yang tak pernah pudar terhadap pekerjaan ini, yang mana keberadaan mereka sangatlah penting untuk kelangsungan proyek ini, patut disebutkan dengan pujian di sini.
Weltevreden (Jakarta Pusat), 20 November 1907.
G.A.J. HAZEU.
Penjelasan
Kajian tata bahasa Gayo belum tersedia, sehingga dirasa perlu untuk menyusun penjelasan singkat tentang beberapa aspek penting dari struktur bahasa Gayo. Hal ini bertujuan untuk membantu pengguna kamus memahami cara kerja bahasa Gayo, seperti aturan pembentukan kata, susunan kalimat, dan elemen-elemen dasar lainnya. Informasi ini dianggap esensial agar kamus dapat digunakan secara efektif.
Ditemukan dua dialek utama dalam bahasa Gayo, dialek Laut (Gayo Deret) dan dialek Gayo Lues (yang juga mencakup, hingga batas tertentu, wilayah Lokop- Serbejadi). Kedua dialek utama ini di dalam kamus diberi tanda masing-masing dengan L (untuk Laut) dan GL (untuk Gayo Lues).
Di wilayah Danau, terdapat pembedaan unik yang disebit Basa Bebesen (pada masa itu di tulis bebasan), yaitu dialek yang digunakan oleh penduduk desa Bebesen — yang kemungkinan berasal dari migrasi suku Karo-Batak — serta pemukiman-pemukiman yang berasal dari daerah tersebut di sebelah barat Danau. Selain itu, kompleks desa yang disebut Tampur (saat ini masuk wilayah Kabupaten Aceh Tamiang), yang secara etnografis termasuk dalam wilayah Gayo Lues, memiliki beberapa kekhasan bahasa yang menyebabkan orang sering berbicara tentang Basa Tampur sebagai sebuah varian tersendiri.
Di Lokop Serbejadi (Aceh Timur), bahasa yang digunakan adalah bentuk campuran dengan banyak kata-kata Melayu yang masuk ke dalamnya. Bahasa yang digunakan di Serbejadi dan Tampur sering kali dianggap oleh masyarakat Gayo lainnya dengan nada merendahkan sebagai "dusun" (bahasa kampung), lebih kasar.
Berikut adalah versi yang telah disusun ulang dengan redundansi dihilangkan untuk memastikan informasi tetap jelas dan ringkas:
Bunyi dan Ejaan
Sistem bunyi bahasa Gayo mencakup konsonan, vokal, dan diftong berikut:
- Konsonan: k, ء (hamzah), g, ng, tj (c), dj (j), nj (ny), t, d, n, p, b, m, r, l, j, w, s, h
- Vokal: a, e, i, é, è, oe, ō, ò, ĕ
- Diftong: ai (sering dilafalkan sebagai ei) dan au
1. Bunyi "k" dalam Dialek Laut dan Gayo Lues
- Dialek Laut (L): Bunyi penutup "k" sering tidak diucapkan sempurna (dianggap "tertelan"). Contoh: anak diucapkan sebagai anaq.
- Dialek Gayo Lues (GL): Bunyi penutup "k" berubah menjadi hamzah (ء). Hamzah ini tetap ada jika diikuti oleh sufiks atau kata enklitik yang dimulai dengan vokal. Contoh: anaké diucapkan sebagai anaءé.
- Catatan: Untuk keseragaman penulisan dalam kamus, perubahan ini tidak selalu tercermin, dan huruf "k" tetap digunakan.
2. Hamzah
- Hamzah (ء): Menandai suara "potong" atau "henti napas." Penandaan hamzah hanya dilakukan jika bunyi tersebut ada dalam kedua dialek utama (Laut dan Gayo Lues).
- Genasaleerde Hamzah (ع): Variasi khusus hamzah dengan elemen nasal (mirip "n" atau "ng" terhubung dengan hamzah). Contoh: paعè, di mana bunyi nasal-hamzah ini menjadi ciri khas pengucapannya.
Berikut adalah versi yang telah diperbaiki dengan penambahan contoh dalam bahasa Indonesia untuk mempermudah pemahaman:
3. Konsonan Khas Bahasa Gayo
Bahasa Gayo memiliki variasi bunyi konsonan yang unik dibandingkan dengan bahasa lain seperti bahasa Indonesia atau Belanda. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai konsonan khas dalam bahasa Gayo, disertai contoh dalam bahasa Indonesia:
-
g
- Pengucapan: Diucapkan seperti "g" dalam bahasa Prancis (mirip dengan gh dalam beberapa dialek Arab). Bunyi ini lebih lembut dibandingkan dengan "g" keras dalam bahasa Indonesia.
- Contoh dalam bahasa Indonesia:
- Dalam bahasa Indonesia, "g" diucapkan keras seperti dalam kata gigi. Namun, dalam bahasa Gayo, bunyi g lebih mirip dengan pelafalan dalam kata garis jika diucapkan sangat halus.
-
c (tj)
- Pengucapan: Mirip dengan "ch" dalam bahasa Inggris (church).
- Contoh dalam bahasa Indonesia:
- Bunyi ini tidak ada dalam bahasa Indonesia, tetapi bisa dibandingkan dengan pelafalan c dalam kata cinta, meskipun dalam bahasa Gayo bunyinya lebih mendekati ch dalam church.
-
j (dj)
- Pengucapan: Mirip dengan "j" dalam bahasa Inggris (judge).
- Contoh dalam bahasa Indonesia:
- Dalam bahasa Indonesia, "j" diucapkan seperti dalam kata jalan. Namun, dalam bahasa Gayo, pelafalannya lebih mendekati j dalam judge (bahasa Inggris).
-
t
- Pengucapan: Diucapkan dengan bunyi yang jelas dan tajam, mirip dengan "t" dalam bahasa Indonesia.
- Contoh dalam bahasa Indonesia:
- Bunyi ini serupa dengan pelafalan t dalam kata tangga atau tahu.
-
d
- Pengucapan: Lebih halus dibandingkan dengan "d" dalam bahasa Indonesia atau Belanda. Ada nuansa yang lebih "tipis" dalam pengucapannya.
- Contoh dalam bahasa Indonesia:
- Dalam bahasa Indonesia, "d" diucapkan keras seperti dalam kata dada. Namun, dalam bahasa Gayo, pelafalannya lebih mirip dengan d dalam kata dedaunan jika diucapkan sangat lembut.
-
p
- Pengucapan: Diucapkan dengan bunyi tegas, mirip dengan "p" dalam bahasa Indonesia.
- Contoh dalam bahasa Indonesia:
- Bunyi ini serupa dengan pelafalan p dalam kata paku atau panjang.
-
b
- Pengucapan: Lebih lembut dibandingkan dengan "b" dalam bahasa Indonesia atau Belanda. Ada kesan yang lebih ringan dalam pengucapannya.
- Contoh dalam bahasa Indonesia:
- Dalam bahasa Indonesia, "b" diucapkan keras seperti dalam kata buku. Namun, dalam bahasa Gayo, pelafalannya lebih mirip dengan b dalam kata bisa jika diucapkan sangat halus.
-
Bunyi Hidung (ng, ny, n, m):
- Penjelasan: Keempat bunyi ini melibatkan resonansi nasal dan dapat "mewarnai" vokal berikutnya dengan karakteristik nasal. Fenomena ini adalah salah satu ciri khas fonetik dalam bahasa Gayo, di mana vokal yang muncul setelah konsonan nasal dapat terdengar lebih "bernasal" dibandingkan jika tidak dipengaruhi oleh konsonan tersebut.
- Contoh dalam bahasa Indonesia:
- ng: Mirip dengan bunyi ng dalam kata singer (bahasa Inggris) atau nganu (bahasa Jawa). Contoh: mayó (lebih bernasal daripada ayo).
- ny: Mirip dengan ny dalam kata nyanyi (bahasa Indonesia). Contoh: nayö (lebih bernasal daripada ayo).
- n dan m: Diucapkan seperti biasa dalam bahasa Indonesia, tetapi dengan resonansi nasal yang lebih terasa. Contoh: manuk (lebih bernasal daripada anak).
4. Kombinasi Konsonan Nasal
Kombinasi antara konsonan nasal (m, n, ng) dengan konsonan lain diucapkan sebagai satu kesatuan bunyi.
- Contoh:
- mpus → mp-us
- ncara → nc-ara
- bingki → bi-ngki
- Penambahan Vokal Pendek ĕ: Kadang-kadang ditambahkan untuk memudahkan pengucapan. Contoh:
- mpus → ĕmpus
- ncara → ĕncara
5. Konsonan Lunak
Dalam kombinasi antara konsonan nasal (n, m, ng) dengan konsonan lembut (g, j, d, b), konsonan kedua sering diucapkan sangat samar.
- Contoh:
- nge vs. ngge
- menye vs. menje
- kunde vs. kune
6. Huruf Penghubung
- L dan R: Mudah membentuk kombinasi suara dengan konsonan lain. Contoh: kl, gl, pl, bl, kr, pr, gr, br, tr, dr.
- J dan W: Bertindak sebagai semi-vokal dan kadang tidak ditulis jika hanya berfungsi sebagai transisi suara. Contoh:
- tōa (diucapkan tōwa)
- iung (diucapkan iyung)
7. S, H, A, dan E
- S: Diucapkan sedikit melalui celah gigi dengan nada "lispelend."
- H: Lebih jelas terdengar dibandingkan dalam bahasa lain. Kadang bergantian dengan hamzah atau hilang di antara vokal.
- A: Dapat diperpanjang menjadi aa karena penghilangan konsonan tertentu. Contoh: paan dari pan.
- E: Mirip dengan e dalam bahasa Jerman, tetapi condong ke arah a.
8. Diftong
Diftong seperti ai (sering dilafalkan sebagai ei) dan au diucapkan dengan sangat pendek dan tajam. Contoh: neik, tei, bau, saut.
Pembentukan Kata
Bahasa Gayo membentuk kata turunan melalui empat cara utama:
- Kata Majemuk: Penggabungan dua kata atau lebih untuk membentuk kata baru.
- Reduplikasi: Mengulang kata dengan atau tanpa perubahan bunyi.
- Formatif (Afiksasi): Penambahan awalan (prefiks), sisipan (infiks), atau akhiran (sufiks).
Kata Kerja
- Kata Kerja Vervugd: Dapat dikonjugasi dengan eksponen pribadi. Contoh: kubli ("aku membeli").
- Kata Kerja Onvervugd: Tidak dapat dikonjugasi dan lebih mirip partisip.
Modus dan Intonasi
- Perintah Langsung: Blōh! ("Pergilah!")
- Permintaan Halus: Cube pé blōh k'óné kō kĕdjep. ("Cobalah pergi ke sana sebentar.")
- Intonasi: Penting untuk menentukan makna dan nada suatu kalimat.
Pronomina (Kata Ganti)
- Kata Ganti Pribadi:
- aku: Aku
- kami: Kami (tidak termasuk pendengar)
- kite: Kami (termasuk pendengar)
- Kata Ganti Kepemilikan:
- -ku: Milikku
- -mu: Milikmu
- -é: Miliknya